Ijinkan Aku Memunguti Puing-puing itu. Dari patahan-patahannya yang masih kuharap bisa kurangkai menjadi istana kecilku. Meski sulit dan semua tampak serba tak mungkin, Aku yakin pada sedikit cahaya samar yang mungkin Tuhan sampaikan untukku sebagai petunjukNya. Jika memang nafas ini masih berhembus, meski tersengkal pasti kan kutempuh lajur itu. Meski jalan ini sempit dan terkesan mengerikan, tapi Aku sungguh ingin sampai lekas pada ujungnya dan menjumpai orang-orang yang kucintai dengan raut bahagianya.
Mungkin bahagiaku sekarang bukanlah yang terpenting. Karena tanpa kusadari, Aku sudah menjadikan diriku sendiri mesin tanpa hati dan kepala. Sering tak mampu berfikir jernih karenaku sudah terlalu penat dan sesak. Apalagi hati. Aku pun sudah lupa kapan terakhir kali Aku menggunakannya. Namun biarlah, jika memang makhluk bermesin ini mampu mengumpulkan reruntuhan itu dengan lebih cepat. Aku akan ridho menjadikannya seperti mesin sungguhan. Meskipun dengan ini, Aku harus melupakan diriku sendiri...
Dan sekarang, Aku masih sibuk merayu Tuhan. Terus merajuk pada setiap detik penghambaanku. Aku berharap akan datang suatu keajaiban dengan lekas dan segera. Keajaiban yang dapat mendorongku untuk terus maju dan melangkah. Meski harus merayap, merangkak, dan terus mengiba.... Namun semoga lekas pada ujungnya. Ujung jalan yang selama ini hanya mampu kubayangkan keindahannya. Seperti keindahan yang dipunyai mereka yang dianugerahiNya keindahan tanpa batas. Dan sampai sekarang pun Aku masih mempercayainya..
Bahwa Tuhanku akan memungutku dari tempat ini, suatu saat nanti...
Tuhanku akan mengangkatku pada derajat kemuliaan seperti yang Ia janjikan...
Aku percaya!