Wednesday, January 27, 2010

Bahasa Langit

Waktunya bertugas!
Dan aku pun beranjak setengah berlari memenuhi jadwal harianku
Sore menjelang petang aku bersolek untuk memberi keindahanku pada khalayak
Menemani banyak pezina di pojok taman yang sedang menikmati dosanya
Menyaksikan banyak kejahatan manusia-manusia berakal pendek
dan banyak pemandangan memuakkan lainnya
Jujur saja, sebetulnya aku sangat enggan untuk meneruskan pekerjaan malam ini
Tapi sepertinya aku sudah tak punya pilihan lain kecuali tetap bekerja meski berat
Karena aku sudah terlanjur kontrak mati dengan Tuhan
Dan satu-satunya yang membuatku bersemangat saat memulai pekerjaan ini adalah... dia!

Ya... hanya dia!
Dia yang bahkan aku tak pernah melihatnya meski dengung namanya membahana ke seantero jagat
Dia yang selalu dibicarakan semua orang
Dia yang selalu menuai pujian dari kebanyakan makhluk
Dia yang selalu menawan di mata semua manusia
Dan memang hanya dia!
Sayangnya, kami belum pernah sekalipun dipertemukanNya meski kami bekerja di tempat yang sama
Mungkin karna waktu bertugas kami yang berbeda
Dia pagi, sedangkan aku malam.

Rasa penasaranku membuncah kian hebatnya dari waktu ke waktu
Banyak hal yang telah kuupayakan untuk berusaha menemuinya
Namun..
Dia selalu gagal kutemui secepat apapun aku hadir
Dia selalu tak bisa kutemui setelat apapun aku pergi meninggalkan tempat tugasku
Dan dia masih menjadi misteri untukku hingga kini

Tapi dari cerita orang-orang... Dia sudah cukup membuatku jatuh cinta
Bukan pada pandangan pertama
Bukan pula pada keindahan akhlaknya
Cuma karena cerita orang-orang yang mengaguminya
Karena buatku, jatuh cinta tak memerlukan banyak alasan untuk membuatnya wajar
Justru ketakwajaran itulah yang membuat cinta semakin banyak diminati untuk dirasakan



*****
Di suatu fajar saat Waktuku bertugas hampir selesai...

Sengaja aku tidak bergegas pulang karena aku menginginkan pertemuan perdanaku ada pada waktu ini
Perjumpaan untuk melihat dia yang selama ini kupendam hasrat padanya meski tak sekalipun kami berhadap-hadapan
Berjuta bayangan melukiskan keindahannya dalam ruang imajinasiku
Semakin dekat datangnya dia... semakin tak mampu aku menguasai perasaan ini

Hingga akhirnya...
Aku mengalami kelelahan yang sangat luar biasa dan sempat tak sadarkan diri
Sampai pada suatu detik Tuhan menyuruhku untuk pulang dan beristirahat
Sebelum aku berhasil untuk menemuinya, sesuatu yang begitu kuharapkan sosoknya menggapai sudut mataku
Dan terpaksalah aku merelakan hatiku untuk tidak pernah mngetahuinya walau tetap aku mencintainya....


*****
Belakangan ternyata aku baru tahu bahwa dia bernama mentari
Yang banyak orang mengatakan bahwa ia tak mungkin bersanding denganku, rembulan ini
Namun aku belum memahami mengapa Tuhan belum mau mempertemukan kami
Mungkin Dia tidak mengizinkan kami untuk hidup bersama
Dan itu berarti cinta yang kurasakan ini adalah cinta yang mustahil untuk kusampaikan
Dan jangan kalian tanya apa rasanya, karena sakit itu sudah pasti hadir sebelum kusadar bahwa aku harus merasakannya......
Karena cinta yang tak mungkin untuk bersama ini.

*****

(smoga kita tidak pernah merasa jatuh cinta pada apa yang belum Dia peruntukkan untuk kita. Mari menjaga hati teman-teman...)

Monday, January 25, 2010

Rindu Ilalang

Tak bolehkah aku kembali ke sisimu? Aku sangat ingin berada di dekatmu dan belajar banyak padamu. Aku ingin semerunduk dirimu yang tak pernah kehabisan harapan untuk menghidupi manusia-manusia yang seringnya tak baik itu. Tapi mengapa selalu jalanku untuk mendekatimu selalu dihalang-halangi? Aku sama sekali tidak ingin mengagalkan produktivitasmu. Karena aku sungguh sangat mengagumimu dalam dimensiku....... meski belum sampai pada tahap jatuh cinta padamu.

Sesaat aku dapat mengelabui para petani itu hanya untuk bersanding di sisimu. Dengan bulirmu yang semakin membesar, aku merasakan kebahagiaan luar biasa pada detik yang itu. Aku mengamatimu dan semakin dalam decakan kagumku pada makhluk Tuhan bernama padi. Kau hebat, mampu menyita waktu manusia hanya untuk membuatmu tumbuh sehat hingga menghasilkan. Walau seringnya ulah mereka justru tak baik pada alam tempat hidupmu. Namun sedikitpun kau tak berubah pikiran untuk berhenti memberi mereka jalan untuk sekedar kenyang atas jerih payahmu. Ya... jerih payahmu yang telah bertahan dari ancaman gulma seperti aku. Aku pun tak tahu mengapa mereka, para manusia itu sangat membenciku dan menjulukiku gulma yang entah apa artinya. Mungkin itu morse antara mereka untuk membahasakan pengganggu-pengganggu macam aku. Meski seingatku aku tak pernah sengaja berniat mengganggumu.

Sekali lagi....
Aku tak pernah berani untuk memulai berharap untuk menjadi sepertimu
Dicintai dan dinanti banyak manusia
Menjadi solusi atas permasalahan perut dan kantong mereka
Tak pernah! Aku tak pernah berani memulai mimpi-mimpi bodoh macam itu....

*****

Aku hanya ingin sedikit membuktikan pada makhluk-makhluk bumi
Jikalau memang kehadiranku tak dinantikan, bolehlah aku berharap untuk tidak disingkirkan dari hidup ini
Karena aku bukanlah perusak yang ingin mematikan hidup makhluk-makhluk lain selainku
Aku pun ingin hidup secara wajar dengan semua yang kumiliki
Aku pun ingin menikmati indahnya berkontribusi, meski sekarang ini belum bisa memberi
Tapi aku yakin, saatnya pasti akan tiba sebentar lagi...

Dan lihat saja...
Suatu saat nanti, kalian penduduk bumi... pasti akan berterimakasih kepadaku
pada kehadiran setangkai ilalang dari tempat hidup yang selalu terusik
dan terpaksa pernah menjadi penghuni abadi dalam keranjang sampahmu
karena Tuhan menyayangiku, dan aku percaya itu!

Thursday, January 21, 2010

Karena Memaafkan adalah Kebutuhan Kita.......


Setiap dari kita mungkin pernah mengalami konflik interpersonal dengan orang lain di sekitar kita. Dan seringnya konflik itu tidak pergi tanpa bekas begitu saja, melainkan menyisakan luka (yang bisa saja mendalam) terhadap lawan main kita (dalam konflik) tersebut. Hal tersebut sah-sah saja mengingat hati kita yang bukan terbuat dari baja yang membutuhkan suhu sangat tinggi untuk meleleh. Mungkin saja lisan, atau tingkah laku orang lain tersebut justru membuat kita merasa kecewa, sakit hati, atau bahkan terluka dalam. Mungkin saja. Dan ini sangat manusiawi.

Terkadang memang kita mampu untuk membuat hati kita menjadi kokoh sehingga lebih tahan gores daripada biasanya. Karena memang kapasitas hati manusia berbeda-beda terhadap goresan-goresan yang mungkin saja dapat terjadi dalam interaksi kita dengan manusia yang lain tentunya. Namun, adakalanya imunitas hati kita berada pada titik terendah yang membuat hati kita menjadi jauh lebih sensitif dan mudah terlukai oleh goresan-goresan halus sekalipun. Dan ini adalah suatu hal yang relatif untuk masing-masing individu.

Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan jika hati kita sudah terlanjur tergores, terluka, apalagi patah?
Sangat naif jika kita secara spontan mengatakan bahwa "nanti juga sembuh" atau "waktu yang akan menyembuhkannya" tanpa disertai usaha memaafkan si pembuat luka tadi. Selama hati kita belum bisa memaafkan dan menerima perlakuan orang tersebut mutlak bahwa aura kebencian akan merasuki setiap relung persendian kita saat berpapasan dengannya. Dan sudah pasti hati kita menjadi serba tidak enak, mood juga rusak, serta hal-hal tidak mengenakkan lain pun akan terasakan. Jelas bahwa penderitaan kita akan bertambah banyak akibat keberadaan manusia tadi di muka bumi ini. Sudah sakit hati, ditambah perasaan serba tidak enak pula....

Inilah alasan Saya mengambil judul di atas untuk menggambarkan keseluruhan isi tulisan kali ini. Bahwa sesungguhnya memaafkan itu adalah kebutuhan setiap manusia, tak peduli berapa besarnya kesalahan si pembuat salah tadi. Obat dari penyakit (hati) itu ada pada diri kita. Dan dalam hal ini, memaafkan adalah obat untuk ketidakberesan hati dan mood kita. Yang harus disadari di sini, memaafkan itu sama beratnya dengan meminta maaf. Jadi, harusnya memang tidak terlalu sulit untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita jika kita bayangkan perjuangannya yang luar biasa untuk meminta maaf. Percayalah, dengan memaafkan, hidup kita akan mejadi lebih tenang dan membahagiakan, karena apresiasi untuk seorang pemaaf tidak hanya datang dari manusia, melainkan dari Tuhan seluruh makhluk, Allah swt.

Allahu'alam bishowab


Monday, January 4, 2010

Brokenhome

Aku melihatnya sebagai sosok yang luar biasa. Ia memiliki dua kepala untuk berfikir dan dua hati untuk merasakan. Ia mampu untuk terlahir sebagai manusia hebat di tempat hidupnya. Ia bukan seseorang yang lemah hati yang dengan lemahnya Ia akan patah pada setiap episode hidupnya.


Bukankah setiap manusia berhak untuk bahagia, termasuk gadis itu.
Di usianya yang beranjak remaja harusnya dia sangat menikmati hidupnya
Tawanya harus lepas, senyumnya harus mengembang tanpa cela
Cuma nasib agak sedikit menawarnya untuk tidak hidup sebahagia teman-temannya yang lain
Ironis memang, tapi Tuhannya terlalu mengganggap Gadis itu kuat untuk melampaui semuanya
Ya.... berarti memang harus begitu kan?

Pada awalnya Sang Gadis itu berfikir bahwa dengan menangis Ia bisa menyelesaikan segala urusan hatinya
Bahkan di usia pubernya Ia belum pernah sekalipun berani merasakan jatuh cinta ala anak muda
Mungkin akibat trauma dari apa yang menimpa keluarganya dan hidup orang-orang di dalamnya
Cinta tak lagi dianggap sebagai sesuatu yang mulia
Melainkan sudah menjadi candu yang justru menghancurkan status perkawinan kedua orang tuanya
Dan sekian lama Ia mengingkari hatinya untuk berusaha tidak jatuh cinta

Kadang Aku melihatnya sebagai seorang yang justru tanpa beban
Jika tidak seksama betul menyimak tawanya, maka akan terlihat semuanya menjadi sangat baik
Hanya mungkin pada saat Ia menghentikan tawanya, akan ada paras lain yang muncul dari wajahnya
Bisa jadi itu adalah wajah Sang Gadis yang sesungguhnya setelah sempat disembunyikan tawanya
Wajah yang penuh dengan ketegangan dan kepayahan menanggung apa yang telah menimpanya
Dia terlalu menganggap semua solusi permasalahan itu ada pada dirinya
Ada pada seorang anak berumur 16 tahun.

Pada tengah malam lewat sedikit Ia sering mengaduh pilu,
Pada Tuhannya dan pada setiap makhluk yang kebetulan lewat di sekitar kamar tidurnya
Terlalu banyak pelajaran berat yang harus dia terima pada usianya sekarang
Menyaksikan hal-hal tidak enak pada orang-orang tersayangnya dengan dua mata pemberian Tuhannya
Dan hanya melihat saja.
Karena wewenang akal untuk menghentikannya telah terpenjara pada satu bagian bernama 'bakti anak'

Saat Ia mulai menyadari bahwa tangis bukan solusi untuk kericuhan hidupnya,
Maka Ia pun mulai mencoba cara lain untuk menemukan solusi yang lainnya
Ia mulai sadar
Ia mulai bangkit
Ia mulai mempelajari karakternya
Dan jadilah Ia seseorang yang cukup membatu.

Namun semoga kebijaksanaan itu tetap menyatu dalam keseharian Gadis itu
Seiring bertambahnya jumlah hari yang semakin banyak dalam bilangannya
Karena memang Gadis itu adalah istimewa, setidaknya dalam pengakuan beberapa orang di sekitarnya

******************************
Kok bahasanya jadi nyastra bgt...????