Setiap dari kita mungkin pernah mengalami konflik interpersonal dengan orang lain di sekitar kita. Dan seringnya konflik itu tidak pergi tanpa bekas begitu saja, melainkan menyisakan luka (yang bisa saja mendalam) terhadap lawan main kita (dalam konflik) tersebut. Hal tersebut sah-sah saja mengingat hati kita yang bukan terbuat dari baja yang membutuhkan suhu sangat tinggi untuk meleleh. Mungkin saja lisan, atau tingkah laku orang lain tersebut justru membuat kita merasa kecewa, sakit hati, atau bahkan terluka dalam. Mungkin saja. Dan ini sangat manusiawi.
Terkadang memang kita mampu untuk membuat hati kita menjadi kokoh sehingga lebih tahan gores daripada biasanya. Karena memang kapasitas hati manusia berbeda-beda terhadap goresan-goresan yang mungkin saja dapat terjadi dalam interaksi kita dengan manusia yang lain tentunya. Namun, adakalanya imunitas hati kita berada pada titik terendah yang membuat hati kita menjadi jauh lebih sensitif dan mudah terlukai oleh goresan-goresan halus sekalipun. Dan ini adalah suatu hal yang relatif untuk masing-masing individu.
Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan jika hati kita sudah terlanjur tergores, terluka, apalagi patah?
Sangat naif jika kita secara spontan mengatakan bahwa "nanti juga sembuh" atau "waktu yang akan menyembuhkannya" tanpa disertai usaha memaafkan si pembuat luka tadi. Selama hati kita belum bisa memaafkan dan menerima perlakuan orang tersebut mutlak bahwa aura kebencian akan merasuki setiap relung persendian kita saat berpapasan dengannya. Dan sudah pasti hati kita menjadi serba tidak enak, mood juga rusak, serta hal-hal tidak mengenakkan lain pun akan terasakan. Jelas bahwa penderitaan kita akan bertambah banyak akibat keberadaan manusia tadi di muka bumi ini. Sudah sakit hati, ditambah perasaan serba tidak enak pula....
Inilah alasan Saya mengambil judul di atas untuk menggambarkan keseluruhan isi tulisan kali ini. Bahwa sesungguhnya memaafkan itu adalah kebutuhan setiap manusia, tak peduli berapa besarnya kesalahan si pembuat salah tadi. Obat dari penyakit (hati) itu ada pada diri kita. Dan dalam hal ini, memaafkan adalah obat untuk ketidakberesan hati dan mood kita. Yang harus disadari di sini, memaafkan itu sama beratnya dengan meminta maaf. Jadi, harusnya memang tidak terlalu sulit untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita jika kita bayangkan perjuangannya yang luar biasa untuk meminta maaf. Percayalah, dengan memaafkan, hidup kita akan mejadi lebih tenang dan membahagiakan, karena apresiasi untuk seorang pemaaf tidak hanya datang dari manusia, melainkan dari Tuhan seluruh makhluk, Allah swt.
Allahu'alam bishowab
No comments:
Post a Comment