Thursday, July 8, 2010

Menikmati "Kehilangan"

Banyak manusia yang akan menjawab tidak siap jika ditanya perihal kesiapannya untuk kehilangan. Kehilangan, apapun konteksnya tetaplah bukan suatu hal mengenakkan. Berbicara masalah kehilangan, tentunya kita akan berpikir pada konsep dasar antara “yang semula ada, menjadi tidak ada. Yang semula punya, menjadi tidak punya”. Dan tidak semua manusia memiliki kedewasaan yang cukup untuk menikmati “kehilangan” itu apalagi untuk kemudian mencintai rasa hilang tersebut.

Kalau membahas masalah teorinya, kehilangan itu adalah suatu keniscayaan yang pasti akan dirasakan oleh setiap manusia. Spontanitas yang kemudian timbul akibat kehilangan itu pun otomatis akan beraroma sedikit, bahkan mungin banyak yang negatif. Mungkin itu akibat “ke-belumbiasa-an” akan ketidakpunyaan dari yang semula punya atau ketiadaan dari yang semula ada.

Sebetulnya tidak ada kesalahan mutlak dalam merespon sesuatu, seperti halnya respon kita terhadap kehilangan. Karena pada dasarnya, tidak ada manusia yang sudah mempersiapkan hatinya sebelum kehilangan itu datang. Ya… jelas karena kehilangan tak pernah mengenal pamit terlebih dahulu sebelum kedatangannya. Namun yang pasti, setiap kehilangan pasti akan mengantarkan kita pada suatu pemberian lain, karena Allah akan mengganti kehilangan-kehilangan kita dengan pencapaian yang lebih baik dari sebelumnya. Intinya adalah bagaimana kita tetap bisa berhusnudzon billah pasca kehilangan-kehilangan yang cukup memedihkan itu.

 Anyway, kehilangan adalah salah satu media dari Allah untuk mengajarkan betapa pentingnya kita harus mensyukuri pemberianNya dan betapa mulianya ikhlas pasca Dia mengambil kembali milikNya. Dan itu menunjukkan betapa lemah dan rapuhnya manusia. Karena senang dan susahnya manusia ternyata sangat bergantung pada Allah saja, dan bukan makhlukNya.



Oleh karena itu, tak perlulah kita banyak merekayasa untuk membuat skenario kehilangan kita yang telah Allah rancang menjadi gagal. Mungkin lebih baik jika kita mampu mempersiapkan diri agar siap siaga menyongsong kehilangan itu dan kemudian bangkit dengan segala ke-husnudzon-an kita akan pemberian yang lebih baik pasca kehilangan kita tersebut. Allahu’alam bishowab