Tuesday, October 5, 2010

Ini namanya Rindu, Benarkah Demikian...?

Bahagianya...
Kembali ke tanah basah tempat kaki-kaki kecilku pernah mencetak tapaknya pada memori yang sudah lewat
Riang sekali... Menghitung lumut yang terserak pada dinding-dinding batu yang telah usang
Menghabiskan masa kecil tanpa sisa senang yang terlewatkan
Hingga pada suatu sore Aku melihatmu, yang menginspirasi hidupku sebelum masa dewasaku hadir
 

Sebetulnya Aku tidak ingin kembali lagi ke sini
Karena hanya akan mengembalikan getaran adrenalinku saat membayangkan manisnya perhatianmu dulu
Saat dulu.. Kanak-kanak kita menghabiskan sore bersama
Denganmu dan yang lain juga...

Melihat ujung hijau beradu harmoni dengan birunya langit fajar
Seolah Aku hendak kembali mengetuk pintu rumahmu
Untuk kemudian membiarkan hatiku jatuh cinta lagi
Bermain cinta monyet seperti belasan tahun yang lalu... Bersamamu...


Sayangnya...
Maksud kedatanganku kali ini bukan untuk itu
Bukan, sama sekali bukan untuk itu
Karena, bagaimanapun Aku sadar bahwa semua sudah berbeda
Kita terpisah terlalu lama melewati ribuan petang yang semakin sirna
Rasa yang dulu sempat meramaikan masa kecil kita pun sudah terhapus oleh maraknya cita-cita yang menyesaki impian kita..

Saat kumelihatmu dalam balutan kedewasaan...
Ada yang masih mendesir di sini, dalam hati kecil ini..
Bahwa ternyata kau sudah tumbuh dengan amat baiknya melewati masa kritis remajamu
Kau hebat tapi semua sudah lewat
Tapi Aku yakin Aku bukannya pulang terlambat.... Bukannya pulang terlambat...

Begitulah skenarioNya..
Yang mempertemukan dan memisahkan kita untuk tujuan mulia
Maka, ijinkanlah Aku melihatmu lagi sekarang, sesaat sebelum janji suci itu kau lafalkan, untuknya...

Kamu...

Kamu... Ya Kamu!
Bisakah kamu berhenti mengeluh dan memulai untuk bersyukur?
Saya hanya ingin mendengar ungkapan kebahagiaanmu yang dulu sering kamu lantunkan.
Saat ayahmu membelikan hadiah termanis saat kelulusanmu
Atau ketika ibumu merestui hubunganmu dengan calon pendamping hidupmu...

Kamu... Ya betul, itu kamu!
Yang dulu selalu tidak punya alasan untuk menangis dan bersedih.
Bahkan dulu kamu sempat kuanggap sebagai makhluk Tuhan paling tegar yang pernah Dia ciptakan.
Banyak sekali polahmu yang kuamati dalam diamku.
Karena Aku benar-benar kagum atas segala keceriaanmu!

Kamu...
Yang selalu menguasai ranah kekagumanku, yang menjelajah penuh arah ambisiku..
Karena Aku ingin seperti kamu. Ingin seperti kamu!
Sosok manusia yang selalu punya ruang pribadi di sepertiga malammu..
Yang selalu mampu menciptakan keintiman luar biasa saat merayu Tuhan..




Kamu...
Apakah Kamu memang sedang kehilangan dirimu untuk saat ini?
Di kala Aku sering mendapati sajadah tak bertuan lagi saat malam hampir habis.
Atau lipatan mushaf yang belum juga beralih halaman dari minggu ke minggunya.

Kamu.. Kenapa?
Aku rindu Kamu yang dulu!