Sunday, September 27, 2009

Apakah Ada Bedanya... (Pinjam Judulnya Kang Ebiet G Ade)


Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang?
Sama-sama kosong
Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui

Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli

Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka



Ada yang bisa menafsirkan lirik lagu di atas?
Lagu gubahan salah satu penyanyi sekaligus komposer favorit Saya itu selalu menyerahkan sendiri kepada penikmat musiknya untuk menafsirkannya. Yang punya kekasih menafsirkan lagu itu kepada orang terkasihnya. Yang tidak, mungkin untuk keluarganya. Atau... ya setidaknya ada unsur kebebasan dalam menafsirkannya. Bolehlah...

Seseorang (yang masih family dekat) pernah share terkait kisah kasihnya di masa lalu. Singkat cerita, laki-laki yang menikahinya sekarang bukanlah laki-laki yang dicintainya, meskipun laki-laki itu mencintainya. Satu-satunya alasan dia menikah adalah orang tuanya yang sudah sangat mendesaknya untuk menikah. Dan petuah lama.."lebih baik dicintai org yang tidak kita cintai daripada mencintai org yang tidak mencintai kita.."

Mungkin memang petuah lama itu tidak sepenuhnya salah. Tapi Saya pun tidak bisa menganggap itu benar seratus persen. Tapi lihat saja efek psikologis pada wanitanya. Memang sampai saat ini keluarga mereka (sampai dikaruniai sepasang putra putri yang manis2) masih baik2 saja. Hanya saja, terakhir sempat tercetus dari mulutnya bahwa dalam 13 tahun usia pernikahannya pun ia masih belum bisa mencintai suaminya seperti ia mencintai seseorang dalam masa lalunya. Namun suaminya memang tidak pernah menyadari itu karna sebagai istri ia tetap saja berbakti dan berusaha menjalankan peran dengan sangat baik bagi suami dan anak2nya. Luar biasa..

Beberapa tahun lalu ia memang sempat mendengar kabar mantan kekasihnya itu telah menikah dan memiliki seorang putra. Namun, belakangan terdengar pula bahwa laki-laki itu kini telah bercerai dengan istrinya. Sungguh, kabar perceraian itu sempat menjadi kebahagiaan yang menyeruak di dalam hatinya. Kabar-kabar seputar statusnya yang baru pun menjadi berita yang selalu dikejarnya. Sampai pada suatu ketika Suaminya mendapati masalah serius di instansi tempatnya bekerja. Sebagai pejabat lokal, beliau telah menjadi korban kejahatan politik dari lawan-lawan politiknya. Dan peristiwa demi peristiwa yang terjadi telah menuntutnya untuk mendampingi suaminya secara lebih all out lagi. Dan pada saat itu Allah telah melalaikannya untuk mengingat-ingat perceraian mantan kekasihnya itu. Pada saat yang hampir bersamaan, putra pertamanya tiba-tiba menderita sakit 'aneh' yang lumayan menyita perhatian. Suhu badannya sangat tinggi dan sering mengigau 'kakak mau mati ma... kakak bentar lagi mati ma..". Akhirnya belakangan diketahui bahwa penyakit si sulung akibat 'buatan' dukun sewaan salah satu lawan politik suaminya tersebut. Kompleks!

Pada awalnya ia sempat berfikir dan mencerna maksud Allah 'mengajaknya bermain' dengan semua kejadian yang menimpanya. Namun, perlahan disadari mungkin hanya dengan cara itulah Allah dapat membuatnya melupakan mantan kekasih yang belakangan justru menjadi fokus pencariannya. Untung saja tak butuh waktu lama untuk menyadarinya...

Dalam hati kecilnya kini ia sangat berharap Allah tidak kan mempertemukan ia dengan laki-laki dalam masa lalunya itu karna pada akhirnya ia pun menyadari bahwa apa yang ada di hadapannya saat ini adalah realita hidup yang Allah gariskan padanya. Dan tentu saja itu yang terbaik. Dan ada saat yang slalu ia nantikan sampai kapanpun.. yakni saat ia bisa benar-benar jatuh cinta pada suaminya.. Dan semoga Allah menyegerakan itu

Kembali lagi pada lirik lagu di atas (yang merupakan lagu kesukaannya juga)..
Kadang kita terlalu banyak menuntut apa yang menjadi kemauan kita. Kita terlalu banyak meminta apa yang menurut kita itu paling bisa membuat kita bahagia. Namun, seringkali 'jatah' yang kita terima dariNya jauh dari tuntutan dan harapan kita
Lantas..
Apakah ada bedanya jika kita masih tidak terima dengan apa yang telah ditetapkannya?
Tidak bukan? Yang ada, malah mungkin ketidakterimaan kita yang akan terus menghantui kita dengan perasaan-perasaan sakit dan pedih. So, ikhlas itu kuncinya...

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli



(Mungkin aku memang tdk sekuat njenengan mba... Dalam jarak ribuan mil, InsyaALLAH do'aku ada untukmu)

Thursday, September 24, 2009

Ternyata Hanya Sebatas Justifikasi Kultural...

Ikhwah, mari kita sejenak berfikir telah berapa kali kita menjustifikasi ke-qowiy-an dan ke-haroky-an saudara-saudara sekitar kita dg parameter-parameter dangkal yang hanya punya satu sudut pandang yang sempit? Saya menulis ini sambil mengingat-ingat berapa banyak nama yang telah Saya perlakukan seperti itu dahulu. Mungkin memang pada awalnya kita melakukan pembahasan akan nama2 ikhwah dalam hadonah kita demi penyusunan renstra dakwah juga ke depannya. Tapi makin lama makin dipikir.. kok ya kebangetan banget kalo kita membahas itu terlampau jauh dan sampai kemana-mana. Toh, tidak ada yang menjamin bahwa kita benar2 lebih baik dari bahasan-bahasan kita tersebut. Hanya saja, amanah kita saja yang mungkin cukup membuat kita 'bergigi' di antara ikhwah-ikhwah lain tersebut.

Pernah ada seorang kenalan Saya (partner dalam amanah khos) di suatu wilayah (masih di tembalang juga) menjustifikasi salah seorang adik kelas kuliah yang tinggal di wismanya tidak qowiy karena masih sering mendengarkan musik-musik selain nasyid. Ada juga seorang senior yang mendapat justifikasi tidak qowiy karena masih sering baca komik atau kebanyakan nonton tv. Dan mengapa hal-hal demikian dapat menjadi parameter penentu keqowiyan seseorang, jelas itu adalah suatu hal yang mengkultur dan membudaya dalam kehidupan keseharian ikhwan-akhwat di lingkungan kampus.

Ada lagi dalam interaksi ikhwan akhwat misalnya, ada akhwat 'pemula'(belum lama liqo') yang sempat deg-degan dipanggil MRnya karena ketahuan mudik bareng seorang ikhwan 'pemula' juga karena belum berani mudik sendirian. Si akhwat pemula tadi sampai menangis dan dibuat merasa bersalah tiada henti-hentinya. Hebat!
Ada lagi yang sampai 'cuti' dari halaqoh sampai satu bulan lamanya karena sindiran keras dari Sang MR akibat kemalaman pulang ke wisma (kos binaan) melebihi batas jam malam (pada saat itu jam 20.30 WIB). Atau saat kepergok sms-an dengan seorang ikhwan lewat dari jam 21.00 WIB. Pokoknya luar biasa!

Asholah ditegakkan tanpa toleransi yang berlebihan. Mungkin ini pula yang membuat kader kampus selalu lebih berkualitas dari kader kantor atau kader kampung/ kota (meski mereka pun mungkin pernah menjadi kader kampus). Permasalahannya sekarang, bisakah kita menjustifikasi bahwa orang yang mempunyai toleransi berlebihan itu kader yang tidak qowiy???

Sepertinya tidak arif jika kita langsung beranggapan demikian. Setiap kader layaknya manusia biasa yang memiliki background berbeda. Seorang pecandu komik perlu waktu sampai belasan tahun untuk kemudian mencandunya dan menjadikannya sebuah kebiasaan. Demikian juga penikmat musik-musik selain nasyid. Bukan waktu yang singkat bagi seseorang untuk dapat menjadi penggemar seorang Steven Tyler atau mendapatkan inspirasi dari seorang John Mayer. Lantas, mengapa kita tak bisa bijak membiarkan kader-kader tersebut berproses dengan caranya sendiri yang mungkin lebih membuatnya nyaman daripada dengan sindiran-sindiran yang tajam?

Mungkin naluri manusia kita sangat ingin mengakselerasi pertumbuhan kader dengan cara-cara klasik seperti itu. Tapi ingat wahai ikhwah.. yang kita hadapi adalah manusia. Bukan wayang ataupun robot. Manusia punya hawa nafsu yang tidak selalu bisa dikendalikan. Manusia juga punya hasrat. Dan yang pasti manusia butuh eksistensi di hadapan manusia lainnya. Jika kita langsung mengebiri apa yang telah menjadi kesenangannya setelah sekian lama dengan cara yang sama sekali tidak elegan, bukankah itu akan merusak perasaan dan harmonisasi hidupnya dengan mendadak meskipun alasan kita demi tegaknya asholah dakwah?

Sekali lagi, ini hanya masalah kultur. Dan untuk membentuk kultur itu perlu waktu lama. Saya tidak mengatakan komik, televisi, ataupun musik-musik selain nasyid itu baik. Hanya saja, seseorang yang tidak suka komik, tidak suka nonton televisi, dan tidak suka musik-musik selain nasyid, yang masih menjustifikasi saudaranya sesama ikhwah itu buruk dengan semua kebiasaannya pun tidak bisa dikatakan baik. Karena seandainya ia tidak bermasalah pada poin-poin lemah itu pun, pastilah ia telah bermasalah pada kedewasaan hatinya yang sukar menghargai proses pencapaian hidayah yang sedang dilalui saudaranya. Allahu'alam bishowab.

Tuesday, September 15, 2009

Karena cintaNya tak pernah salah...

Lima tahun lalu, ketika Aku belum sedewasa ini..
Aku mendapat ujian yang cukup berat, Aku selalu merasa menjadi makhluk paling nelangsa di muka bumi ini. Dan Aku pun selalu merasa menjadi korban kekejaman orang-orang di sekitarku. Bagaimana tidak, Aku selalu merasakan kepalaku sakit akibat depresi yang seolah lekat dengan keseharianku. Kekhawatiran akan hidupku esok dan selanjutnya menjadi beban yang kurasa sangat berat sehingga Aku pun merasa kepayahan memikirkannya. Hidupku menjadi suram dan wajahku pun pucat pasi dibuatnya.

Cukup sulit memang ketika ujian itu datang dan kita harus berhusnudzon billah di saat terjepit oleh keadaan. Yang ada kita terus mempermasalahkan takdir yang seharusnya tinggal kita nikmati dan terima saja. Karena memang itu standar baku Allah dalam memporsikan kita dalam cintaNya. Namun, sepertinya pada saat itu hatiku sudah tertutup payung duka yang mendalam hingga sulit menerima cintaNya dengan cara yang (menurutku) saat itu sungguh menyakitkan. Menjadi manusia super melankolis dengan perasaan sebagai objek penderita pun tak bisa dihindarkan.

Allah memang punya cara yang terlalu sempurna dalam mencintai hambaNya. Ia mendewasakanku dalam proses panjang tiada henti hanya untuk pencapaian kata 'tegar' dalam hidupku. Ia pun mentarbiyahku dengan rasa sakit yang luar biasa hanya untuk mengajariku sebuah kata sederhana yang sampai kini mungkin masih sulit kupahami, 'ikhlas'. Ia meletakanku dalam kesendirian yang panjang demi sebuah kemandirian. Dan pada akhirnya Ia memilihku untuk terjebak dalam persimpangan yang membingungkan untuk memahamkanku arti penting petunjukNya.

Jujur, untuk memahami cinta ini Aku butuh waktu yang sangat lama. Aku terlalu larut dalam perasaanku yang akhirnya membuatku kesulitan bersyukur. Bahkan, terkadang hingga kini, Aku masih bingung dalam memahami bahasa-bahasa cintaNya. Namun yang pasti, pada saat ini Aku sudah cukup merasakan betapa besar cintaNya yang sampai pada kehidupanku dan telah mengubah semuanya.

Karena cintaNyalah yang menjadikanku kuat dan optimis
Karena cintaNyalah Aku dapat turut serta dalam barisan dakwah ini
Karena cintaNyalah Aku yakin bahwa setiap orang berhak untuk bahagia
dan Karena cintaNyalah Aku tidak lagi merasa kurang

Karena cintaNya... memang tak pernah salah.


(Ditulis saat Aku merasa benar-benar mencintaiNya, 26 Ramadhan 1430 H)

Monday, September 14, 2009

untitled


Sahabat,
Sadarkah pada saat ini ada yang lain pada dirimu?
Mengertikah ada yang tidak lazim dari hatimu?
Bagaimana dengan kondisi hati dan imanmu pula?
Baik-baik sajakah ia?
Atau justru ia sedang terjerembab lelah?



Sahabat,
Karakteristik hati memang demikian
Ia akan senang dimanjakan dan dipenuhi kebutuhannya
Dengan cara apapun dan metode yg bagaimanapun
Terlepas dari Tuhanmu senang ataupun tidak dengan cara itu
Karena hati bukanlah makhluk berakal yang dapat berbuat sesuai mau Tuhannya
Hati hanya dapat bertindak sesuai dengan parameter bahagianya
Ya.. karena hati hanya tahu kata bahagia atau sakit
Senang atau terluka..

Sahabat,
Untuk bahagianya hati selalu punya banyak cara
Untuk terluka pun hati punya banyak jalan
Dan pilihan kitalah sebagai yang punya hati
Untuk kemudian menunjuk jalan terbaik bagi hati kita
Agar hati dapat bahagia dan terluka tanpa membuat Tuhan menjadi murka

Dalam hidup, mungkin saja hati kita terpeleset dalam lingkungan yang melenakan
Tidak hanya satu atau dua waktu
Karena syaitan slalu ingin masuk ke dalam hati kita berkedok nafsu durjana
Hingga akhirnya nafsu yang menuntun hati kita dalam merasakan
Hingga perlahan sakit lalu mati

Sahabat,
Sungguh dalam hati kecilku Aku sangat ingin menghentikanmu dari khilafmu ini
Aku ingin menarikmu agar tidak terjerumus terlalu dalam
Aku ingin terus mendampingi dalam kesakitan hatimu kini
Aku pun tak ingin kematian hati itu kan melandamu suatu saat nanti

Namun kutahu itu sangat sulit untuk kuperbuat
Hatimu adalah daerah kekuasaanmu
Dan hanya kau yang dapat menguasainya
Pilihanmu untuk menentukan apa yang seharusnya menguasainya
Dan Aku??
Sampai saat ini hanya mampu berharap
Berdoa tanpa putus
Agar Tuhanmu mengembalikan hatimu dengan segala bahagia dan lukamu
Yang dulu pernah ada
Sesaat sebelum kau matikan saat bertemu denganku..

Friday, September 11, 2009

Menggadaikan Militansi (Sebuah Kontemplasi bersama)

Ada seorang mantan ADK seniorku di Semarang dulu yg mengatakan bahwa seorang kader dakwah benar-benar dapat dikatakan kader jika ia sudah tidak ada di lingkungan kampus paling tidak selama 2 tahun. Jelas saja, kampus itu kan memang zona aman untuk para aktivis. Khilaf sedikit, sudah ada yang menegur dan memberi taujih yang panjang-panjang. Dengan demikian Syaitan pun menjadi agak kekurangan celah untuk masuk dan mempengaruhi aktivitas para ADK tersebut.

Lain halnya ketika kita sudah masuk dunia heterogen setelah tidak beraktifitas di kampus lagi. Banyak hal-hal yang dianggap salah semasa masih berada di zona aman dahulu yang lantas menjadi batas ambang kewajaran yang harus bisa ditoleransi di sini. Sebetulnya itu tidak menjadi masalah yang berarti tatkala saat melakukan 'kewajaran' tersebut hati kita masih merasa tidak enak atau ketidaknyamanan yang berarti. Namun, ini menjadi masalah manakala hati kita justru larut dan menikmati hal-hal salah yang masih dianggap wajar itu. Di situlah corong utama pintu masuknya syaitan yang nantinya dapat mempengaruhi konsistensi kita dalam mempertahankan status aktifis dakwah yang kita sandang.

Nah, saat hal ini sudah benar-benar terimplementasikan dengan kuat dalam keseharian kita, wajar saja jika kita semakin hari semakin berlaku minus dan meninggalkan nilai-nilai kepahaman kita akan adab-adab yang sesungguhnya. Lantas, di mana hasil tarbiyah kita selama beberapa tahun belakangan ini? Menjadi produktif pun tidak, menjadi permisif iya... Masya ALLAH!!

Ikhwah Fillah...
Berapa banyak militansi yang telah kita gadaikan hanya untuk membaur dan diterima oleh lingkungan sekitar kita? Berapa ayatNya yang telah kita lewati hingga kita dapat mewajarkan semua ini? Berapa banyak kewajaran yang kini justru kita klaim sebagai suatu kebiasaan?

Sekali lagi..
Dakwah memang memaksa kita untuk membaur di dalamnya..
Dakwah memang mengharuskan kita untuk lekat dengan obyeknya..
Dakwah memang mengkhususkan kita untuk mencintai proses di dalamnya..

Namun,
Dakwah itu juga membutuhkan amunisi ruh sebagai mesinnya
Dakwah itu juga memerlukan tadhiyah sebagai jaminannya, dan
Dakwah itu juga berjalan bersama militansi jundinya..

Allahu'alam bishowab

Wednesday, September 9, 2009

Beginikah Manusia Modern Memaknai Hidupnya...?

Rabbi, hari ini adalah ujian lanjutan bagiku untuk terus berada dalam lingkaran pengabdian pada instansi pemerintah ini. Bagaimana tidak, ada saja keluhan dan kalimat2 sinis yang terlontar dari lisan rekan2 sekantor akibat ketidakadilan atasan. Kalau dilihat dari nada dan ekspresi mereka saat mengucapkan luapan demi luapan emosi itu, rasa-rasanya hati mereka sudah terbakar habis oleh rasa iri dan dengkinya. Pada awalnya memang tidak menjadi masalah untukku karna alhamdulillaah... aku sama sekali tidak merasa dirugikan oleh ketidakadilan atasanku tersebut. Namun, semakin lama tiba2 aku merasa ada tekanan lain di dalam batinku. Miris...

Dunia dengan segala kemilaunya telah membutakan manusia2 pemujanya hingga mata hatinya pun tak lagi sehat dalam menatap hidup di depannya. Semua kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup ini sudah berhasil dinominalkan. Dengan demikian, tak akan ada lagi apresiasi dan ketakjuban lain dalam bentuk selain rupiah. Sungguh mengenaskan!

Sesungguhnya apa yang dewasa ini telah terjadi (menurut Saya) adalah akibat dari pola didik yang salah. Pola didik bangsa kita sudah terlanjur memaknai suatu keberhasilan dengan materi semata. Kita lihat contoh mayoritas orang dalam mengapresiasi pencapaian sesamanya. Hampir semuanya berhenti pada tahap nominal. Mungkin memang ada yang lebih dari itu. Tapi tidak banyak. Maka menjadi wajar saja jika seorang anak yang naik kelas atau mendapat ranking meminta untuk dibelikan ini itu sebagai hadiahnya. Saya tidak mengatakan ini salah. Jelas tidak. Hanya saja, hal2 kecil dan sederhana seperti ini pun dapat berperan untuk mengukur kesuksesan hidup Sang anak selanjutnya. Dan jika kejadian dan kebiasaan ini terus berulang, maka tatkala kegagalan datang, mungkin akan menimbulkan umpatan2 karna apresiasi nominal tidak dapat dicapai. Kurang lebih seperti itu.

Lantas, akankah kebiasaan ini kan terus menganakcucu pada keturunan kita selanjutnya??


Wahai manusia, tidakkah kau berfikir bahwa apa yang kalian perebutkan tak ubahnya layak pisang2 menguning dan matang bagi sekumpulan kera? Semua hanya dapat menghilangkan lapar dahagamu namun tidak dapat melapangkan kuburmu. Dan proses itu tak akan usai karena memang maumu tak akan ada habisnya. Berhentilah untuk menominalkan dirimu secara berlebihan. Karena memang kau lebih berharga daripada lembaran2 rupiah yang kau targetkan dalam hidupmu itu.



Belajarlah dari manusia2 malam yg pandai menjaga keikhlasan mereka dengan sempurna. Mereka tidak pernah mendapat apresiasi di tengah malam. Namun hasil kerja mereka sangat layak untuk mendapat ganjaran yang lebih. Berkat mereka jalan2 protokol menjadi bersih dan bebas sampah. Sehingga kita pun akan nyaman melintas. Karena mungkin mereka tidak terbiasa dengan apresiasi manusia yang berhenti pada tahap nominal. Dan mungkin itu pulalah yang menjadi alasan mengapa keikhlasan hatinya tidak terkotori oleh nafsu2 durjana...

Allahu'alam bishowab.

Tuesday, September 8, 2009

Beginilah Jalan Dakwah mengajarkan Kami...

Beginilah jalan dakwah mengajarkan Kami
Untuk tidak mudah patah dalam setiap kegagalan
dan tidak begitu saja menyerah pada keadaan
Karna dakwah tidak pernah melahirkan seorang pecundang
Hanya ada dua jalan yang sama-sama menang
'isy kariiman aumut syahiidan..

Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Untuk tetap setia dan loyal pada setiap amanah yang dititipkan
Keluh dan kesah bukanlah aral untuk mencium aroma perjuangan
Karena azzam telah mengikat diri pada kesucian niatan
Untuk bertakbir penuh kemenangan pada saatnya datang

Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami
Untuk tidak mudah membagi cinta selain untuk Tuhan
Meski racun dunia telah menebar kesesatan
Dan terus mencoba mengunci hati dari kebenaran



Saudaraku, adakalanya kita merasa lelah dan ingin berhenti. Adakalanya pula kita merasa jenuh dan merasa tak berguna lagi. Namun, apalah yg dakwah minta dari kita? Tidak ada!
Karena sampai kapanpun dakwah tidak pernah membutuhkan kita. Dakwah tidak pernah merindukan kita manakala kita memutuskan untuk rehat terlalu lama. Dakwah pun masih akan terus berjalan tanpa kesertaan kita dalam barisannya.
Namun... apa jadinya kita tanpa dakwah? Layaknya seonggok daging hidup yang kehilangan orientasi nyata bukan? Jika tidak ridhoNYA, apa lantas yg kita targetkan? Hartakah.. Kekuasaankah.. atau wanita?
Jika kini kau sedang bersemangat untuk terus berada di dalam barisannya, lihatlah sekelilingmu. Mungkin saja sedang ada seorang partnermu yg hampir jatuh dan tersingkir dari barisan mulia ini. Ulurkanlah tanganmu dan tariklah ia untuk masuk kembali dalam shaf di belakangmu. Namun, jika kau kini justru hampir terjatuh dan keluar track, maka ulurkanlah pula tanganmu untuk menggapai saudaramu yang masih berbaris rapi dalam shaf indah itu.

Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami..
Untuk saling menjaga dari ketertinggalan dalam shaf mulia ini.
Allahu'alam bishowab.

Mungkin Aku akan Mati Esok..

Ramadhan 1430 H Great Sale!!
Niatnya memang harus memborong semua pahala yg Allah siapkan untuk modalku terbang ke akhirat. Niatnya juga ingin menjadi alumni Ramadhan yg berhasil. Lulus dengan predikat cumlaude dan menjadi wisudawan terbaik dari institute Ramadhan kali ini. Mungkin ga yaaaa....??
Mungkin saja. dan sangat mungkin jika kita sadar bahwa kita akan mati segera. Karna dengan begitu kita akan menyiapkan Ramadhan kali ini sebagai moment terindah dalam hdup kita. Mungkin dg target mengkhatamkan Al Qur'an lebih dari 3 kali, menamatkan lebh dari 5 judul buku. Muroja'ah juz 29-30 (yg ini paling susah ya..;p). Tambah hafalan Qur'an sekian surat, atau menambah koleksi ingatan tentang hadist Arba'in atau Riyadus Sholihin, dan sebagainya. Namanya juga org mau mati.. pasti ia akan mendandani dirinya dg amal sebelum bertemu Rabbnya.

Sayangnya, kebanyakan dari kita belum mau mati dan belum mau berfikir tentang kematian. Ntah karna saking sombongnya atau memang karna kebanyakan mikirin kerjaan sampai2 lupa sama mati. Cukup mengkhawatirkan. Padahal peringatan2 akan datangnya kematian sudah rutin Allah sampaikan kpd kita. Dan manusia zaman sekarang (mgkn termasuk saya jg) mudah lupa sama yg beginian. Karna sudah lupa sama mati, maka persiapan utk mempercantik dir dg amalan2 surga pun menjadi prioritas kesekian. itu juga kalo masih masuk daftar prioritas.kalo ngga ya.. biasanya ambil gampangnya aja.

Belum terlambat utk sadar. Allah begitu baik pada kita dengan menyediakan Ramadhan kurang lebih selama 30 hari dalam setiap tahunnya. Seandainya Ramadhan datang setiap 5 tahunan (lho? kaya pemilu ya..), mungkin tlampau banyak dosa2 yg harus kita tebus. dan belum tentu kuat nebusnya juga. jadi buruklah dr kita dengan noktah2 kekhilafan di sana-sini. Jika setitik khilaf diibaratkan dgn noda hitam.. wah.. mungkin tubuh kita sudah dominan berwarna hitam daripada warna aslinya. Dan kita pun menjadi enggan melihat tampilan kita penuh noda seperti itu. Lagi2 karna kasih sayang Allahlah yang masih menutupi aib2 dan dosa2 tersembunyi kita sehingga tampilan kita yg penuh dosa ini tak berbeda dg org2 yg khusyuk beribadah kepadaNYA. Luar biasa bukan?

Alangkah baiknya jika kita mulai men-schedulle Ramadhan kita. Belum tentu kita bisa masuk dan menikmati tanggal 1 Ramadhan kali ini. Atau belum tentu kita bisa menamatkan Ramadhan hingga usai. Kematian adalah suatu keniscayaan yg hadirnya begitu mengejutkan tanpa aba2 pendahuluan. Oleh karnanya, kita harus siap selalu menyosongsong kedatangannya. Mulai mendandani diri dg amalan2 yg dicintainya.. Mulai meninggikan monumen kebaikan dg amalan2 unggulan kita.. dan mulai membersihkan setiap noktah yg melekat dan mengotori nafsi2 kita.
Allahu'alam bishowab.



Ramadhan ini,,, Saya mohon maaf atas segala kekhilafan, baik yg saya sengaja ataupun tidak sengaja. Baik lisan, tulisan, ataupun tingkah laku. Baik yg termaafkan ataupun tidak...(harus dimaafkan!!).. Saya mohon diikhlaskan. Keikhlasan hati teman2 akan melepaskan satu jeratan yg mengikat kaki2 Saya menuju jannahNya. Mari kita berfastabiqul khoirot dalam mentarbiyah diri di bulan suci yg sangat kita nanti2kan kedatangannya. Smoga Ramadhan ini berkah utk kita semua. Selamat berbelanja di great sale Ramadhan 1430 H! Tukarkan setiap kupon undian yg anda dapatkan tuk mendapatkan hadiah utama malam lailatul qadr..:D


*****************************************
mohon maaf jka diksinya kurang tepat..:)
*****************************************

siapa takut jatuh cinta..

Membaca judulnya dah bisa dibayangkan kan kalimat apa yg selanjutnya akan saya tulis?
saya menulis (lagi2) dg kata cinta bukannya karna saya lagi jatuh cinta.. tapi ini esp buat tmn2 yg lagi kena wabah 'merah jambu' yg belakangan semakin menjamur. kalo org jawa bilangnya witing tresno jalaran soko kulino. tapi kalo zaman skrg lebih canggih. cinta bisa datang hanya dalam waktu sekejap. first sight atau apalah namanya. pokoknya saat ada 'dia' terasa ada desir hangat dalam hati.. hm.. sebegitunyakah?

Cinta adalah fitrah kita sebagai manusia. Kita pun lahir dan tumbuh karena cinta. Kita menjadi ada seperti sekarang pun tak lepas dari apa yg namanya cinta. Luar biasa bukan?

Banyak manusia di muka bumi ini yg sgt mengagungkan cinta, bahkan sampai mndewakannya. tak bisa hidup tanpanya, rela mati karnanya... Namun sgt sedikit skali org yg bisa memanajemen cintanya. Org spt ini biasanya lebih muda dikendalikan oleh nafsunya drpd mengendalikannya. Mudah mengumbar kata cinta utk sejenak kemudian menyatakan tdk mencintainya lagi. Padahal, menurut Saya pribadi (mhn maaf bila ada yg tdk berkenan), cinta adalah perkara hati yg sgt sulit (utk) dilisankan. bukan spt bualan yg amat mudah diumbar sana-sini. Kagum sdkt lgsg bilang cinta, tertarik dikit lgsg tembak, hhh... ternyata nilai cinta itu sdh sdemikian dimarjinalkan.

Dalam keseharian kita, kedudukan cinta amatlah penting. Tahapan pertama, adalah bagaimana kita bisa mencintai apa yg kita lakukan. Yg namanya cinta, pasti ada ketulusan di sana. Sudah sepantasnya tdk ada keluhan lagi terlontar dari mulut kita saat kita sudah mencintai aktivitas harian kita dg sepenuh hati. Syuro' ba'da subuh adalah sesuatu yg sempat menjadi 'cinta' Saya sewaktu masih ADK dulu (hehe.. afwan meski srg telat juga). Atau tatsqif rutin setiap Selasa dan Jum'at pagi yg selalu Saya rindukan (sampai sekarang). Semua ada guratan2nya dalam setiap relung2 kehidupan ini. Semua cinta dari MR, teman2, binaan2.. yg telah membuat Saya hidup dalam diorama cinta yg (semoga) kisahnya tak kan pernah putus.

Tahapan selanjutnya, kita harus mampu menempatkan cinta kita dalam koridor yg tepat. Saya sering diajarkan oleh senior2 Saya dahulu, bahwa dalam dakwah kita perlu menyertakan cinta di dalamnya. Pada awalnya Saya sgt mengilhami makna cinta dalam dakwah yg beliau2 maksudkan. Saya berusaha mencintai amanah2 & Objek dakwah Saya dg sepenuh hati. Tapi, semakin lama.. Saya merasa ada penyalahartian dalam makna 'cinta dalam dakwah' menjadi 'cinta di antara aktivis dakwah' ya? Hm.. tapi utk yg ini Saya tdk akan panjang berkomentar.. Silahkan dilanjutkan sendiri.

Buat Saya, cinta ibarat bunga. Utk dapat tumbuh subur, bunga butuh media tanam yg baik. Akan lebih baik lagi jika kita memiliki pot yg cantik agar bunga itu semakin tampak keindahannya. Media tanam utk cinta bisa kita dapatkan dari kondisi hati yg tdk gersang & tandus dalam memahami makna cinta yg seharusnya. Dan pot itu adalah wadah cinta itu sendiri agar dapat tumbuh dg indah..
Bisa dibandingkan.. jika sedari awal kita sudah memiliki 'pot cantik' itu dalam jalinan pernikahan yg berbalut ridhoNYA. Kita pun sudah mentarbiyah hati2 kita dg amalan2 hati sehingga ia pun layaknya tanah subur yg menyuburkan. Maka, bunga2 cinta itu pun akan tumbuh dengan sendirinya dan sangat indahnya..
daripada.. kita sudah memiliki bunga itu dan kemudian baru menanamnya di hati yg mungkin sdh tidak subur lagi (karna sudah kotor sebelumnya). diletakkan pula di pot yg belum tentu indah ( karna ALLAH belum tentu ridho dg caraNYA). Pilih mana?

Subhanallah.. ALLAH menganugrahkan 2 jalan kepada kita utk cinta ini.. atau mungkin ada jalan yg ketiga? :)

(esp 4 someone.. tx 2 inspiring me..)

Terimakasih untuk cintaNYA..

"Beberapa tahun belakangan ini sepertinya DIA memang menjadikanku kuat dan hebat dengan tahapan2 yang diberikan dalam sekup kekuasaanNYA. Dia selalu memberikanku pilihan dan tdk pernah mendikteku. Dan dari pilihan2 itulah Aku banyak belajar tentang arti sebuah perhitungan dan pertimbangan. Pun aku tersadar bahwa semua rekayasa manusia utk menghindarkannya dari tangisan dan nestapa selalu tdk berhasil karna Dia. Dialah yg punya kehendak. Semanis apapun rencanaku utk tetap bertahan di Semarang pasca kuliah, endingnya ttp saja harus angkat koper juga dari sana...."

Demikian pula apa yang terjadi dalam hidup kebanyakan org, mungkin juga termasuk anda. Kadang, kita selalu bermimpi indah dg keberhasilan rencana2 kita dg mengabaikanNYA. Maka, jika kita termasuk org2 spt itu.. jangan salahkan siapapun tatkala kita menjadi org yg sering depresi manakala ketetapanNYA jauh dari apa yg kita impikan. Saya di sini tidak mengatakan bahwa bermimpi itu salah. Bermimpi tdklah salah. Karna apa yg kita dapat pada hari ini pun hasil mimpi kita di masa lalu yg kita perjuangkan. Yang ditekankan di sini adalah mimpi yg lantas mengabaikanNYA. Seolah kita sudah terlalu mantap dg mimpi dan hajat kita pada masa depan sampai2 kita lupa meminta pada yg menjadikannya. Seolaha kitalah yang serba tahu. Menganalisa SWOT sendiri untuk kemudian mencari solusi terbaik (menurut kita). Mungkin secara tak sadar kita sering melakukan itu.

Allah mencintai hambaNYA dg cara yg terlalu sempurna. Bahkan, saking terlalu sempurnanya, seringnya kita tak menyadari bahwa kita dicintaiNYA. Berprasangka baik kepadaNYA pun menjadi sulit sekali dilakukan tatkala ujian sedang menggempur sehingga hati berkecamuk. Mengumpat sejadi-jadinya dan histeris layaknya org paling menderita sejagat. Astagfirullaah..

Pernah ada seseorang yg sempat bercerita tentang ujian yg sedang menimpanya..(mdh2n beliau ridho ceritanya saya ekspose di sini). Ya.. intinya beliau sedang merasa kalut dan shock atas kejadian yg menimpa dirinya dan keluarga. Pada saat ujian (yg menurut Saya luar biasa) itu menimpanya, beliau mati2an berlari mendekat padaNYA dan berusaha membuat gusti Allah kasihan padanya sehingga mencabut ujiannya tersebut. Cara2 yg digunakan utk 'menarik perhatian' Allah sgt elegan. Mulai dari jumlah rakaat shalat malam yg kian bertambah, wirid diperpanjang, puasa sunnah menjadi rutinitas, dan sebagainya.. Kata2 yg keluar dari mulutnya pun menjadi demikian bijaknya. Pokoknya eleganlah...
Saya tdk faham 'perkembangan ujiannya' sekarang (soalnya dah ga pernah crita lagi si..). Tapi rasanya cara-cara elegan yg dulu dipertontonkan pada Saya kian berkurang. Mungkin ujiannya juga sdh berkurang. Jadi, dari sini Saya dapat menarik kesimpulan bahwa ujian berbanding lurus dg elegansi (kosakata baru ni) cara kita mendekat padaNYA. So, mungkin makin berat ujian seseorang, makin elegan Qiyamullailnya.. Makin elegan pula wiridnya... Hebat bukan?

Begitulah DIA mencintai kita. Dengan cara2 yg kadang sulit terjangkau oleh akal dan logika kita. Karena cinta memang tak sama dg logika (lirik lagu ni..). Logika selalu mengedepankan alasan logis utk melakukan atau tdk melakukan sesuatu. Sedangkan cinta.. ia tak perlu alasan karna ia adl alasan itu sendiri. ya.. cinta adl alasan utk melakukan atau tdk melakukan sesuatu. Karna cintalah Allah menguji hambaNya.. dan karna cinta pulalah seorang hamba bisa mendekat pada Tuhannya.. Maka, tidaklah etis manakala kita mengukur cintaNYA dengan apa yg menimpa kita. Karena cintaNYA memang tdk terukur..(tdk terukur? ini bhsa anak matematik bgt, mata kuliah analisa fungsi riil 1).

Kesimpulannya..
Jangan pernah kita menganalisa seberapa besar cintaNYA hanya bermodalkan apa2 yg kita lihat dan dengar. Berhubung cinta adl bahasa hati, ya.. mgkn cukup merasakannya saja. Tdk usah terlalu banyak dianalisa. Yang jelas dan pasti, mencintai Allah itu sgt nikmat dan luar biasa. Smoga kita senantiasa bisa menjaga kemurnian cinta kita hanya untukNya dan tdk menduakanNYA, apalagi dg makhluk ciptaanNYA...Allahu'alam bishowab..:)

Aku Hanya Ingin Menyampaikannya pada Hatimu..

Belakangan ini, beberapa teman mengeluarkan comment yg cukup membuatku tersenyum sendiri perihal tulisanku. Mulai dari teman yg mengenalku, setengah mengenalku, sedikit mengenal, atau hanya pernah tahu aku, bahkan sampai teman yg jangankan kenal, ketemu langsung saja kita belum pernah. Muatan comment-nya pun bermacam-macam. Ada yg sarat akan kekaguman sampai sarat akan perasaan tidak terima (kesindir maksudnya).. Semua ada! Kadang ku pun berfikir, jika ada satu options lain selain 'comment' dan 'like', yakni 'unlike'.. Kuyakin pasti kan ada yg mengkliknya sehingga di notesku kan ada tulisan: Some people unlike it..:)


Sebetulnya hal yg demikian adalah hal yg sangat wajar mengingat seringnya terjadi kerusakan koneksi pada jaringan (lho..??!). Maksud Saya.. kadang data yg kita kirimkan dapat saja mengalami error pd saat transmisinya sehingga data yg diterima tdk sesuai dgn yg dikirimkan. Inilah yg biasa kita namakan error. Agar data yg diterima sama dengan data pd saat pengiriman, maka kita butuh kode2 pengoreksi error di sini..(hm, kalo bukan org matematik or TI dijamin bingung, ini kan materi skripsi Saya).

Insya ALLAH akan Saya lanjutkan dg bahasa yg lebih umum.. :)

Teman2 yg sdh mengenal Saya sebetulnya dg sendirinya akan memahami mengapa Saya suka sekali menulis spt ini. Bahasa tulisan Saya pun tdk akan jauh berbeda dg bahasa lisan Saya. Sama2 lugas dan 'langsung tembak'. Above all, tdk ada maksud apapun di situ selain apa yg tercantum di situ. Saya hanya ingin berbicara dg hati teman2 yg membaca karna hanya media ini yg bisa membuat kita berkomunikasi (minimal utk waktu ini). Dan itulah memang tujuan dibuatnya beragam notes yg belakangan jadi sering memenuhi wall teman2 (spt skrg..). Afwan jiddan.

Banyak manusia modern yg hidup di zaman ini sering berbicara atas nama kebenaran. Bisa jadi memang kebenaran sungguhan atau mungkin justru hanya sebatas pembenaran atas suatu hal yg belum jelas benar jika itu benar. Banyak pula yg menganggap kebenaran itu adalah suatu hal yg nisbi. Berangkat dari situ pulalah akan muncul banyak sekali opini yg akhirnya meruncing ke arah perdebatan (yg tdk perlu). Berapa banyak manusia yg sering 'pakai urat' dalam menyampaikan kebenaran versinya? Berapa banyak pula manusia yg (juga) 'pakai urat' dalam membenarkan opininya? Seperti itulah kita (termasuk Saya di dalamya) pada masa sekarang ini. Menggunakan tema kebenaran utk menyalahkan opini org lain. Tanpa dasar yg kuat pula.

Idealnya, ketika kita membenarkan atau menyalahkan org lain, kita harus dapat mengeluarkan 'dalil' sbg referensi. Ini ada di surat apa ayat sekian. Atau ini menurut buku karya si Fulan halaman sekian. Bukan berdasar atas rasa pribadi yg kemudian berujung pada konklusi pribadi dan sedikit dibumbui ego yg masih menggantung tinggi. Kalo muatan opini kita dalam membenarkan atau menyalahkan masih seperti itu, maka selamanya apa yg kita bicarakan hanya berhenti pada tahap pepesan kosong belaka. Sama sekali tdk berbobot. Bisa dibayangkan jika ada dua org yg sama2 merasa dirinya benar, dan kemudian mempertahankan kebenaran dengan caranya yg sama sekali tdk cantik itu. Dapat dibayangkan bukan akhirnya seperti apa? Itu jika hanya dua org.. dan Saya sgt yakin jumlah manusia2 spt itu sangatlah banyak di muka bumi ini.

Mental2 seperti itu adalah mental anak2 yg sama sekali belum dewasa. Mental menyalahkan dan mental pembenaran. Menyalahkan org lain jika terpojok dan mengadakan pembenaran2 opini untuk keluar dari keterpojokkan tersebut. Ketika ada suatu keberhasilan yg diraih, maka semua berlomba2 mengklaim keberhasilan tersebut adalah hasil jerih payahnya. Namun manakala ada suatu kesalahan yg terjadi, maka yang ada malah saling melempar bola utk menentukan promotor utama dalam kesalahan tersebut. Saya menulis seperti ini bukannya karna Saya tdk pernah mengalami ini lho..

Mental lain yg (mgkn) masih istiqomah di dalam diri manusia modern adalah mental pecundang, yakni selalu merasa menjadi korban org lain. Ketika sdg ditimpa kesulitan hidup, org tsb dg mudahnya menyalahkan org lain sebagai penyebab kesulitannya. Tipikal org2 jenis ini sangat sulit sekali sadar bahwa ALLAH menyayanginya. Akibatnya, ia menjadi sdkt sekali (bahkan mgkn tdk sama sekali) utk bersyukur pdNY. Muhasabah pun menjadi hal yg paling sulit dilakukan kalau sudah spt ini.

Bagaimana dg teman2?
Saya pun berkali-kali bertanya pada diri Saya sendiri kpn bisa 100% melepaskan diri dari jeratan2 mental seperti ini. Mental menyalahkan, mental pembenaran, dan mental pecundang. ketiga mental yg masih menjerat kaki Saya utk melangkah maju dan selalu menarik mundur langkah Saya ke belakang. Marilah kita bersama-sama mereformasi mental negeri ini dimulai dari yg terdekat, yakni dari mental diri kita masing2. Meski itu sangat sulit karna menurut seorang filsuf Cina (hayo, inget ga sapa?), yg paling sulit ditaklukan adalah diri kita sendiri. Manakala jalan senang dan jalan sulit terbentang, naluri ita akan cenderung memilih jalan senang. Atau tatkala kita dihadapkan pada jalan instan dan jalan berliku, otomatis kita akan pilih yang instan. Mungkin karena kita masih kurang bisa menghargai proses diri kita dalam membuka jalan2 kebaikan itu. ALLAHU'alam bishowab.

Cerita Senja..

Ini adalah kisah perolehan hidayah seorang pria dewasa yang sangat kaya.. kisah nyata seperti dituturkan oleh seorang ustadz pada saat beliau mendapat hidayah yang sungguh luar biasa.

***
Pertengahan Ramadhan dua puluh lima tahun silam...
Aku, seorang pria yg namanya sangat diperhitungkan dalam dunia perbankan. Aku yang dikenal sebagai salah seorang anggota direksi sebuah bank ternama... sangat merasa bosan dengan hidupku yang monoton. duniaku yang hanya itu2 saja. saat harta bukan lagi menjadi sesuatu yang kukejar.. saat aku sudah memiliki semua yg kebanyakan org impikan. Namun, di luar semua itu.. aku merasakan kejenuhan yang amat sangat menekanku dan seluruh persendianku.
penat.. suntuk.. bosan.. dan bingung atas apa yg harus kuusahakan utk kucapai lagi.

Aku bukannya org yg tidak faham agama. aku sering ikut acara bersama di panti2 sosial, mesjid, ataupun berpartisipasi dalam program2 sosial keagamaan lainnya. Namun semua itu sepertinya tidak menyisakan atsar sedikitpun utkku. Jiwa masih gersang dan kerontang pada kefuturan tanpa ujung. Sampai pada satu ketika, saat seorang kenalanku mengajakku pada satu acara di sebuah panti asuhan yang pada akhirnya mengantarkanku pada pertemuanku dg anak itu.

Acara buka bersama seperti itu bukanlah kali pertama yang kuikuti. Biasanya, Aku selalu hadir dalam pembukaannya, kemudian menitipkan sejumlah uang pada pengurus panti, dan buru2 pamit sebelum acara berakhir. Dan itu pulalah yang kulakukan pada acara kali itu. Setelah memberi sejumlah uang pada pengurus panti, aku pun bergegas pamit pada pengelola panti dan bersiap meninggalkan acara.

Namun, saat baru beberapa langkah aku melangkah meninggalkan ruangan panti yang dipakai utk acara tesebut dan berniat menuju parkiran... sorang anak perempuan berkerdung mini menggelayut di kaki kiriku dan berkata..
"om.. om mau kemana?"
"Om mau pulang.." jawabku sambil tersenyum. dan kubertanya lagi "adik kelas berapa? adik mau apa?"
dengan bibirnya yang mungil ia menjawab, "nol kecil.."
Lalu kutanya lagi "ade udah punya baju baru utk lebaran?" karna kupikir ia kan meminta itu padaku.
dia menggangguk sambil terus menggelayut di kaki kiriku.
"sepatu baru?" tanyaku lagi. dan lagi2 anak mengangguk.
Ternyata dia sudah punya baju baru dan sepatu baru utk lebaran. Aku semakin tak mengerti apa yang anak itu inginkan dariku.
Beberapa menit kemudian aku sempat bingung dibuatnya. Aku bingung apa yang sesungguhnya diinginkan anak itu.
Dan kutanya saja padanya,"memangnya adik mau apa?"

Jujur, saat itu aku langsung membayangkan berapa banyak anggaran yang harus kukeluarkan utk membuat anak itu melepaskan tangannya dari kaki kiriku. ntah apa yang kan dia minta.
Kuulangi lagi,"memangnya adik mau apa?"
Dia berfikir.. dan dg ragu2 dia bertanya balik,"mm..boleh? om ga marah?"
Aku semakin penasaran dan bingung.."iya.. adik mau apa? om ga marah kok.."
Dia kembali memastikan, "bener om ga marah?"
Aku mengangguk dan memasang senyum termanisku utknya...
Sampai pada akhirnya dia mengatakan, "mmm..mau panggil om 'ayah'... boleh om?"
ALLAH!
Aku tersentak. Pada saat itu aku seperti disadarkan olehNYA. Ada desir hangat yang mengalir dalam aliran darahku. Rasa yang sudah lama tidak pernah kurasakan.. ntah apa namanya..


Perbincanganku dg gadis kecil yang (pada akhirnya kutahu namanya Sarah) itu pun kulanjutkan pada tempat yang lebih kondusif dan tidak dg posisi dia menggelayut di kakiku lagi..
Kami duduk bersama..
"Nah, sekarang adik mau apa lagi? Ayah mau memberi apapun yang adik inginkan.." Aku berusaha mengakrabkan diri dg 'anakku'.
"sarah boleh minta lagi ayah?" dia merajuk. menggemaskan sekali.
"ya sayang.. sekarang kan om udah jadi ayah sarah. sarah boleh minta apapun.."
"benar ayah?" matanya mengerling indah.
"iya.. uang ayah banyak lho.." sembari aku menunjukkan dompetku yang isinya penuh dg uang (zaman dulu belum ada credit card).
"boleh ayah?"
"iya.. bilang saja. sarah maunya apa?"
Sarah sempat terdiam beberapa saat. Sepertinya keraguannya utk mengatakan apa yg diinginkannya datang dan hilang sehingga ia diam seribu bahasa sepeti ini.
"Ayo Sarah anakku... bilang saja sama ayah.."

Perlahan dia menjawab lirih..
"mmm...jangan marah ya ayah... sarah mau.. kalau ayah datang ke sini lagi, sarah dibawakan foto ayah, foto ibu, dan foto kakak..."
"Untuk apa sarah?" Aku bingung dibuatnya.
"Untuk Sarah bawa ke sekolah trus sarah lihatin ke guru sama tmn2 sarah kalo sarah sekarang udah punya ayah, ibu, dan kakak. Jadi sarah ga sendirian lagi. Sarah juga sama kaya tmn2 yg punya ayah, ibu dan kakak juga.." jawabnya polos.

Utk kedua kalinya aku dibuat trenyuh oleh kalimat yang meluncur dari bibir mungilnya. betapa sederhananya hidup anak2, termasuk sarah. Ia dapat dibahagiakan 'hanya' dg panggilan 'ayah' dan lembaran2 foto. Sangat kontras dg hidupku dan hidup org2 dewasa pada umumnya...
Allah,terima kasih telah Kau titipkan percikan hidayahMu pada gadis mungil bernama Sarah ini. Ia telah berhasil meruntuhkan benteng keangkuhanku yang telah berdiri kokoh selama lebih dari 30 tahun lamanya. Ia telah membangunkanku dari keterlenaan dan keterpukauan pada sesuatu yang fana..
***

Smoga bermanfaat.:)


Esp 4 my beloved sister, mbDhun.. jazakillah khoiron jaza' telah menyongsongku di usia 23 ini. Trmksh tlh mengeluarkanku dari ruang gelap yg sempat lama kusinggahi. Kan kubiarkan luka itu mengering tanpa perlu kuobati. Hingga pada suatu masa DIA kan menitipkan solusi atas smuanya pada diri ini. dan terakhir, Ijinkan ak menyayangimu dg caraku sndiri yg mungkin masih sangat sulit kau mengerti..:)ay

4 my little brother, Gayuh.. jazakallah khoiron jaza' buat kesabaranny punya 'mbak' yg seenaknya ndiri ini. kuliah yg bener ya de.. jgn kebanyakkan syuro & melupakkan kuliah. pokoya max 4 taun!! hehe..;p. smoga mbak santi bisa terus berproses utk jadi mbak yg lbh baik lagi buat gayuh.. Luv u.. oia, hadiahnya dah kubeliin nih..:D

and 4 saudara2 seperjuanganku.. partner2 dakwahku.. smuanya.. jazakumulloh khoiron katsiir utk setiap catatan yg tertorehkan. Smua punya tempat khusus di hatiku :). Trmksh tlh mengantarkanku pada hidayah yg luarbiasa ini..
Sungguh, kalian smua adl 'anugerah terindah yg pernah kumiliki'.. ttp sebut namaku dalam robithoh kalian ya..(ngarep!)

Buat semua org2 yg mengenalku, ntah dlm wadah yg mana (IWP, Smunsasiers, Undip, Depdagers'08, Bapokers). Yang mengenalku sbg santi ataupun tejha.. Smoga ALLAH senantiasa mengekalkan ukhuwah qt karna kecintaan kepadaNYA. Terimakasih utk semuanya..