Wednesday, September 9, 2009

Beginikah Manusia Modern Memaknai Hidupnya...?

Rabbi, hari ini adalah ujian lanjutan bagiku untuk terus berada dalam lingkaran pengabdian pada instansi pemerintah ini. Bagaimana tidak, ada saja keluhan dan kalimat2 sinis yang terlontar dari lisan rekan2 sekantor akibat ketidakadilan atasan. Kalau dilihat dari nada dan ekspresi mereka saat mengucapkan luapan demi luapan emosi itu, rasa-rasanya hati mereka sudah terbakar habis oleh rasa iri dan dengkinya. Pada awalnya memang tidak menjadi masalah untukku karna alhamdulillaah... aku sama sekali tidak merasa dirugikan oleh ketidakadilan atasanku tersebut. Namun, semakin lama tiba2 aku merasa ada tekanan lain di dalam batinku. Miris...

Dunia dengan segala kemilaunya telah membutakan manusia2 pemujanya hingga mata hatinya pun tak lagi sehat dalam menatap hidup di depannya. Semua kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup ini sudah berhasil dinominalkan. Dengan demikian, tak akan ada lagi apresiasi dan ketakjuban lain dalam bentuk selain rupiah. Sungguh mengenaskan!

Sesungguhnya apa yang dewasa ini telah terjadi (menurut Saya) adalah akibat dari pola didik yang salah. Pola didik bangsa kita sudah terlanjur memaknai suatu keberhasilan dengan materi semata. Kita lihat contoh mayoritas orang dalam mengapresiasi pencapaian sesamanya. Hampir semuanya berhenti pada tahap nominal. Mungkin memang ada yang lebih dari itu. Tapi tidak banyak. Maka menjadi wajar saja jika seorang anak yang naik kelas atau mendapat ranking meminta untuk dibelikan ini itu sebagai hadiahnya. Saya tidak mengatakan ini salah. Jelas tidak. Hanya saja, hal2 kecil dan sederhana seperti ini pun dapat berperan untuk mengukur kesuksesan hidup Sang anak selanjutnya. Dan jika kejadian dan kebiasaan ini terus berulang, maka tatkala kegagalan datang, mungkin akan menimbulkan umpatan2 karna apresiasi nominal tidak dapat dicapai. Kurang lebih seperti itu.

Lantas, akankah kebiasaan ini kan terus menganakcucu pada keturunan kita selanjutnya??


Wahai manusia, tidakkah kau berfikir bahwa apa yang kalian perebutkan tak ubahnya layak pisang2 menguning dan matang bagi sekumpulan kera? Semua hanya dapat menghilangkan lapar dahagamu namun tidak dapat melapangkan kuburmu. Dan proses itu tak akan usai karena memang maumu tak akan ada habisnya. Berhentilah untuk menominalkan dirimu secara berlebihan. Karena memang kau lebih berharga daripada lembaran2 rupiah yang kau targetkan dalam hidupmu itu.



Belajarlah dari manusia2 malam yg pandai menjaga keikhlasan mereka dengan sempurna. Mereka tidak pernah mendapat apresiasi di tengah malam. Namun hasil kerja mereka sangat layak untuk mendapat ganjaran yang lebih. Berkat mereka jalan2 protokol menjadi bersih dan bebas sampah. Sehingga kita pun akan nyaman melintas. Karena mungkin mereka tidak terbiasa dengan apresiasi manusia yang berhenti pada tahap nominal. Dan mungkin itu pulalah yang menjadi alasan mengapa keikhlasan hatinya tidak terkotori oleh nafsu2 durjana...

Allahu'alam bishowab.

No comments:

Post a Comment