Sunday, September 27, 2009

Apakah Ada Bedanya... (Pinjam Judulnya Kang Ebiet G Ade)


Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang?
Sama-sama kosong
Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui

Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli

Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka



Ada yang bisa menafsirkan lirik lagu di atas?
Lagu gubahan salah satu penyanyi sekaligus komposer favorit Saya itu selalu menyerahkan sendiri kepada penikmat musiknya untuk menafsirkannya. Yang punya kekasih menafsirkan lagu itu kepada orang terkasihnya. Yang tidak, mungkin untuk keluarganya. Atau... ya setidaknya ada unsur kebebasan dalam menafsirkannya. Bolehlah...

Seseorang (yang masih family dekat) pernah share terkait kisah kasihnya di masa lalu. Singkat cerita, laki-laki yang menikahinya sekarang bukanlah laki-laki yang dicintainya, meskipun laki-laki itu mencintainya. Satu-satunya alasan dia menikah adalah orang tuanya yang sudah sangat mendesaknya untuk menikah. Dan petuah lama.."lebih baik dicintai org yang tidak kita cintai daripada mencintai org yang tidak mencintai kita.."

Mungkin memang petuah lama itu tidak sepenuhnya salah. Tapi Saya pun tidak bisa menganggap itu benar seratus persen. Tapi lihat saja efek psikologis pada wanitanya. Memang sampai saat ini keluarga mereka (sampai dikaruniai sepasang putra putri yang manis2) masih baik2 saja. Hanya saja, terakhir sempat tercetus dari mulutnya bahwa dalam 13 tahun usia pernikahannya pun ia masih belum bisa mencintai suaminya seperti ia mencintai seseorang dalam masa lalunya. Namun suaminya memang tidak pernah menyadari itu karna sebagai istri ia tetap saja berbakti dan berusaha menjalankan peran dengan sangat baik bagi suami dan anak2nya. Luar biasa..

Beberapa tahun lalu ia memang sempat mendengar kabar mantan kekasihnya itu telah menikah dan memiliki seorang putra. Namun, belakangan terdengar pula bahwa laki-laki itu kini telah bercerai dengan istrinya. Sungguh, kabar perceraian itu sempat menjadi kebahagiaan yang menyeruak di dalam hatinya. Kabar-kabar seputar statusnya yang baru pun menjadi berita yang selalu dikejarnya. Sampai pada suatu ketika Suaminya mendapati masalah serius di instansi tempatnya bekerja. Sebagai pejabat lokal, beliau telah menjadi korban kejahatan politik dari lawan-lawan politiknya. Dan peristiwa demi peristiwa yang terjadi telah menuntutnya untuk mendampingi suaminya secara lebih all out lagi. Dan pada saat itu Allah telah melalaikannya untuk mengingat-ingat perceraian mantan kekasihnya itu. Pada saat yang hampir bersamaan, putra pertamanya tiba-tiba menderita sakit 'aneh' yang lumayan menyita perhatian. Suhu badannya sangat tinggi dan sering mengigau 'kakak mau mati ma... kakak bentar lagi mati ma..". Akhirnya belakangan diketahui bahwa penyakit si sulung akibat 'buatan' dukun sewaan salah satu lawan politik suaminya tersebut. Kompleks!

Pada awalnya ia sempat berfikir dan mencerna maksud Allah 'mengajaknya bermain' dengan semua kejadian yang menimpanya. Namun, perlahan disadari mungkin hanya dengan cara itulah Allah dapat membuatnya melupakan mantan kekasih yang belakangan justru menjadi fokus pencariannya. Untung saja tak butuh waktu lama untuk menyadarinya...

Dalam hati kecilnya kini ia sangat berharap Allah tidak kan mempertemukan ia dengan laki-laki dalam masa lalunya itu karna pada akhirnya ia pun menyadari bahwa apa yang ada di hadapannya saat ini adalah realita hidup yang Allah gariskan padanya. Dan tentu saja itu yang terbaik. Dan ada saat yang slalu ia nantikan sampai kapanpun.. yakni saat ia bisa benar-benar jatuh cinta pada suaminya.. Dan semoga Allah menyegerakan itu

Kembali lagi pada lirik lagu di atas (yang merupakan lagu kesukaannya juga)..
Kadang kita terlalu banyak menuntut apa yang menjadi kemauan kita. Kita terlalu banyak meminta apa yang menurut kita itu paling bisa membuat kita bahagia. Namun, seringkali 'jatah' yang kita terima dariNya jauh dari tuntutan dan harapan kita
Lantas..
Apakah ada bedanya jika kita masih tidak terima dengan apa yang telah ditetapkannya?
Tidak bukan? Yang ada, malah mungkin ketidakterimaan kita yang akan terus menghantui kita dengan perasaan-perasaan sakit dan pedih. So, ikhlas itu kuncinya...

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli



(Mungkin aku memang tdk sekuat njenengan mba... Dalam jarak ribuan mil, InsyaALLAH do'aku ada untukmu)

No comments:

Post a Comment