Lima tahun lalu, ketika Aku belum sedewasa ini..
Aku mendapat ujian yang cukup berat, Aku selalu merasa menjadi makhluk paling nelangsa di muka bumi ini. Dan Aku pun selalu merasa menjadi korban kekejaman orang-orang di sekitarku. Bagaimana tidak, Aku selalu merasakan kepalaku sakit akibat depresi yang seolah lekat dengan keseharianku. Kekhawatiran akan hidupku esok dan selanjutnya menjadi beban yang kurasa sangat berat sehingga Aku pun merasa kepayahan memikirkannya. Hidupku menjadi suram dan wajahku pun pucat pasi dibuatnya.
Cukup sulit memang ketika ujian itu datang dan kita harus berhusnudzon billah di saat terjepit oleh keadaan. Yang ada kita terus mempermasalahkan takdir yang seharusnya tinggal kita nikmati dan terima saja. Karena memang itu standar baku Allah dalam memporsikan kita dalam cintaNya. Namun, sepertinya pada saat itu hatiku sudah tertutup payung duka yang mendalam hingga sulit menerima cintaNya dengan cara yang (menurutku) saat itu sungguh menyakitkan. Menjadi manusia super melankolis dengan perasaan sebagai objek penderita pun tak bisa dihindarkan.
Allah memang punya cara yang terlalu sempurna dalam mencintai hambaNya. Ia mendewasakanku dalam proses panjang tiada henti hanya untuk pencapaian kata 'tegar' dalam hidupku. Ia pun mentarbiyahku dengan rasa sakit yang luar biasa hanya untuk mengajariku sebuah kata sederhana yang sampai kini mungkin masih sulit kupahami, 'ikhlas'. Ia meletakanku dalam kesendirian yang panjang demi sebuah kemandirian. Dan pada akhirnya Ia memilihku untuk terjebak dalam persimpangan yang membingungkan untuk memahamkanku arti penting petunjukNya.
Jujur, untuk memahami cinta ini Aku butuh waktu yang sangat lama. Aku terlalu larut dalam perasaanku yang akhirnya membuatku kesulitan bersyukur. Bahkan, terkadang hingga kini, Aku masih bingung dalam memahami bahasa-bahasa cintaNya. Namun yang pasti, pada saat ini Aku sudah cukup merasakan betapa besar cintaNya yang sampai pada kehidupanku dan telah mengubah semuanya.
Karena cintaNyalah yang menjadikanku kuat dan optimis
Karena cintaNyalah Aku dapat turut serta dalam barisan dakwah ini
Karena cintaNyalah Aku yakin bahwa setiap orang berhak untuk bahagia
dan Karena cintaNyalah Aku tidak lagi merasa kurang
Karena cintaNya... memang tak pernah salah.
(Ditulis saat Aku merasa benar-benar mencintaiNya, 26 Ramadhan 1430 H)
No comments:
Post a Comment