Monday, May 24, 2010

Tentang Hati -episode mimpi-

 Masih tentang mimpi yang dulu!
Mimpi yang bahkan belum sempat aku menyelesaikan mensketsanya....




 Impian kanak-kanak yang masih sangat melekat erat dalam ingatanku
Tumbuh menjadi seorang wanita pekerja yang luar biasa sibuknya
Sosok mandiri dan serba bisa tanpa perlu berkata "tolong..." untuk menyelesaikan segalanya

 
 Sayangnya....
Meski itu hanya mimpi tetap saja melelahkan. Sangat melelahkan!


Ada yang membisikkan petuah singkat di telingaku... Pelan, namun sangat membekas:
"Itu bukan fitrah kamu sebagai wanita.. Bagaimana pun kamu butuh kehadiran orang lain untuk melengkapi hidupmu dan memenuhi kebutuhanmu. Kamu butuh kehadiran manusia lain untuk kau cintai dan mencintaimu..."
Memang benar,
Hidup tak pernah mengenal siaran tunda. Buktinya pesan itu tak berulang.
Ditunggu pun tak kunjung datang...

***

Ternyata hidupku justru dimulai dari situ, dari sepenggal mimpi yang belum sempat kulanjutkan dan kutentukan endingnya. Mimpi yang untuk sebagian orang mengejarnya mati-matian, namun tidak denganku...
Aku justru menolak mimpi itu habis-habisan.
Dan aku bangga denganku sekarang, bukan sebagai Sang Pengejar mimpi, melainkan sebagai Sang Penolak mimpi...
Karena mimpi itu akan lebih baik jika tak bertemu denganku pada muaranya..














***
Dan monolog itu kembali dimulai
"Kejarlah dan berdoalah.. Agar dia lekas menemukanmu.."
"Siapakah dia?"
"Dia adalah laki-laki yang juga sedang mati-matian menolak mimpinya untuk memiliki pendamping hidup seorang wanita karir...."


*utkmu... wanita yg sdg berusaha utk menjadi seorang wanita karir, dan bukan wanita pekerja...*

Thursday, May 20, 2010

Tentang Hati -episode luka-

Atas nama luka dan ketidakterimaan yang masih berkecamuk, kumohon...

Berhenti saja kau mencintaiku jika hanya keterbatasan yang kau berikan,
Cukupkan saja perasaanmu jika dengannya kau hanya mampu memproduksi kata-kata menyakitkan,
Sudahi semuanya jika memang saat ini kau berada di kubu yang berseberangan denganku.



Dan kini, di saat ketidakberdayaan mulai menjejali separuh tubuhku,
Kesepian panjang mulai mendera,
Dan perlahan..
Aku menyesal pernah menjadi orang yang kau cinta.

Tak selamanya dalam cinta ada ruang tertawa yang luas,
di satu sisi hati telah menyusun standar bahagia yang tak terjangkau,
di sisi lain akal telah mematahkan satu demi satu parameter bahagia sang hati,
dalam wujud prasangka....






Yang jelas memang tak ada bahagia dalam luka yang masih menganga....

Sunday, May 9, 2010

Bahasa Langit session 2 -Gerhana-

Masih...
Dalam kekagumanku yang semakin dalam akibat rasa penasaranku ini, Tuhan seperti memberi cahaya itu meski redup dan sedikit. Rasa-rasanya dalam waktu dekat aku akan dipertemukannya dengan dia. Bukan cuma harap-harap kosong tanpa tanda.
 
Siang ini...
Entah ada angin apa Tuhan tiba-tiba menitahku untuk keluar. Ya, siang ini! Bukan malam yang biasanya jatahku bertugas. Benakku jelas tak mampu menerimanya dengan sekilas. Namun, aku sudah terlanjur bahagia dan tak punya waktu lagi untuk mencari-cari alasannya. Yang penting, siang ini akan menjadi momen terindah dalam hidupku. Bersolek secantik mungkin untuk dapat menyeimbangi kehangatan parasnya...

Dan saatnya tiba...
Kukeluar menemuinya dan kutangkap sosok itu. Sosok yang ramai dibicarakan para penduduk bumi. Kegagahannya tertangkap oleh semua mata yang memandangnya. Ketulusannya terpendar merata pada setiap relung cahaya yang menghidupi pepohonan. Dan kekhasan senyumnya memang sangat melegakan... Dalam hati kumemuji diriku sendiri bahwa memang tak pernah salah hatiku memilihnya untuk kucintai!

Perlahan kumendekat..
Dia pun datang padaku dengan tetap tertunduk namun menenangkan. Dekat.. dan terus mendekat... Dan disitulah awal perkenalan kami.  11 menit berlalu tanpa kata. Hanya rasa yang terus bergetar menyisipkan segenggam asa yang mulai menguat. Aku bahagia. Saat diamya kami bertemu hanya dalam tunduk, dalam kelu, dan dalam haru. Cukup bagiku untuk bersamanya. Dalam gerhana singkat yang entah kapan akan terjadi lagi. Menjadi momen bagi rembulan ini untu bisa merasakan berdebar saat bisa menyatu dengan sang pujaan, mentari itu.

Benar bahwa tak ada yang tak mungkin untuk Tuhan. Tatkala seluruh makhluk memungkiri kami dapat bersama, nyatanya Tuhan tetap dapat membuatnya menjadi mungkin.
Terima kasih Tuhanku, padaMu kutitipkan dia... untuk senantiasa menjadi sesuatu yang hebat di hadapanku...