Tuesday, September 8, 2009

Terimakasih untuk cintaNYA..

"Beberapa tahun belakangan ini sepertinya DIA memang menjadikanku kuat dan hebat dengan tahapan2 yang diberikan dalam sekup kekuasaanNYA. Dia selalu memberikanku pilihan dan tdk pernah mendikteku. Dan dari pilihan2 itulah Aku banyak belajar tentang arti sebuah perhitungan dan pertimbangan. Pun aku tersadar bahwa semua rekayasa manusia utk menghindarkannya dari tangisan dan nestapa selalu tdk berhasil karna Dia. Dialah yg punya kehendak. Semanis apapun rencanaku utk tetap bertahan di Semarang pasca kuliah, endingnya ttp saja harus angkat koper juga dari sana...."

Demikian pula apa yang terjadi dalam hidup kebanyakan org, mungkin juga termasuk anda. Kadang, kita selalu bermimpi indah dg keberhasilan rencana2 kita dg mengabaikanNYA. Maka, jika kita termasuk org2 spt itu.. jangan salahkan siapapun tatkala kita menjadi org yg sering depresi manakala ketetapanNYA jauh dari apa yg kita impikan. Saya di sini tidak mengatakan bahwa bermimpi itu salah. Bermimpi tdklah salah. Karna apa yg kita dapat pada hari ini pun hasil mimpi kita di masa lalu yg kita perjuangkan. Yang ditekankan di sini adalah mimpi yg lantas mengabaikanNYA. Seolah kita sudah terlalu mantap dg mimpi dan hajat kita pada masa depan sampai2 kita lupa meminta pada yg menjadikannya. Seolaha kitalah yang serba tahu. Menganalisa SWOT sendiri untuk kemudian mencari solusi terbaik (menurut kita). Mungkin secara tak sadar kita sering melakukan itu.

Allah mencintai hambaNYA dg cara yg terlalu sempurna. Bahkan, saking terlalu sempurnanya, seringnya kita tak menyadari bahwa kita dicintaiNYA. Berprasangka baik kepadaNYA pun menjadi sulit sekali dilakukan tatkala ujian sedang menggempur sehingga hati berkecamuk. Mengumpat sejadi-jadinya dan histeris layaknya org paling menderita sejagat. Astagfirullaah..

Pernah ada seseorang yg sempat bercerita tentang ujian yg sedang menimpanya..(mdh2n beliau ridho ceritanya saya ekspose di sini). Ya.. intinya beliau sedang merasa kalut dan shock atas kejadian yg menimpa dirinya dan keluarga. Pada saat ujian (yg menurut Saya luar biasa) itu menimpanya, beliau mati2an berlari mendekat padaNYA dan berusaha membuat gusti Allah kasihan padanya sehingga mencabut ujiannya tersebut. Cara2 yg digunakan utk 'menarik perhatian' Allah sgt elegan. Mulai dari jumlah rakaat shalat malam yg kian bertambah, wirid diperpanjang, puasa sunnah menjadi rutinitas, dan sebagainya.. Kata2 yg keluar dari mulutnya pun menjadi demikian bijaknya. Pokoknya eleganlah...
Saya tdk faham 'perkembangan ujiannya' sekarang (soalnya dah ga pernah crita lagi si..). Tapi rasanya cara-cara elegan yg dulu dipertontonkan pada Saya kian berkurang. Mungkin ujiannya juga sdh berkurang. Jadi, dari sini Saya dapat menarik kesimpulan bahwa ujian berbanding lurus dg elegansi (kosakata baru ni) cara kita mendekat padaNYA. So, mungkin makin berat ujian seseorang, makin elegan Qiyamullailnya.. Makin elegan pula wiridnya... Hebat bukan?

Begitulah DIA mencintai kita. Dengan cara2 yg kadang sulit terjangkau oleh akal dan logika kita. Karena cinta memang tak sama dg logika (lirik lagu ni..). Logika selalu mengedepankan alasan logis utk melakukan atau tdk melakukan sesuatu. Sedangkan cinta.. ia tak perlu alasan karna ia adl alasan itu sendiri. ya.. cinta adl alasan utk melakukan atau tdk melakukan sesuatu. Karna cintalah Allah menguji hambaNya.. dan karna cinta pulalah seorang hamba bisa mendekat pada Tuhannya.. Maka, tidaklah etis manakala kita mengukur cintaNYA dengan apa yg menimpa kita. Karena cintaNYA memang tdk terukur..(tdk terukur? ini bhsa anak matematik bgt, mata kuliah analisa fungsi riil 1).

Kesimpulannya..
Jangan pernah kita menganalisa seberapa besar cintaNYA hanya bermodalkan apa2 yg kita lihat dan dengar. Berhubung cinta adl bahasa hati, ya.. mgkn cukup merasakannya saja. Tdk usah terlalu banyak dianalisa. Yang jelas dan pasti, mencintai Allah itu sgt nikmat dan luar biasa. Smoga kita senantiasa bisa menjaga kemurnian cinta kita hanya untukNya dan tdk menduakanNYA, apalagi dg makhluk ciptaanNYA...Allahu'alam bishowab..:)

No comments:

Post a Comment