Bbrp peristiwa yg kualami belakangan ini cukup membuatku ‘lelah’. Mulai dari masalah kerjaan yg sempat brantakan nggak karuan sampai hablumminannasnya yg juga bikin capek. Tentunya smua itu brkenaan dg bahasa hati yg jika didzohirkan menjadi mood. Sayangnya, banyak org cerdas mengelola ketajaman fikirnya tapi tdk diimbangi dengan kecerdasan mengelola hatinya. Banyak hal yg sering luput dari pemikiran manusia, padahal ujung2nya ke hati jg.
Sebetulnya, kita bisa mendesain perasaan kita sebelum kita mendzohirkannya dalam produk mood. Laksana mengadakan suatu kegiatan yg sudah dischedulle dalam bentuk proposal kegiatan, kita pun bisa membuat desain perasaan kita untuk satu hari mendatang, seminggu, sebulan, atau setahun mendatang. Bahkan seumur hidup kita pun bisa. Caranya cuma satu, membuat hati kita bermain cantik dg aturan2 yg sudah ada dalam perikehidupan ini utk kemudian menskenarionya dg detail. Perhatikan letak2 di mana ia akan patah ataupun berbunga2.. meskipun tak satupun dari kita mampu memperkirakan letaknya dg pasti, namun ALLAH sdh memberi banyak clue dalam surat cintaNYA. Antisipasi buat hati pun bisa dipersiapkan sejak dini. Memang semuanya sudah skenario ALLAH dan itu ketentuan yg baku. Cuma masih ada yg tdk baku.. yakni fit back dari hati kita.
Buat sebagian org yg tampak emosional (mgkn juga saya), hati yg ibarat raja ini dimuliakan dg memberi segala apa yg hatinya mau sampai puas. Dipenuhi sgala hajatnya dg cara yg variatif. Ada yg mulus alias datar2 aja atau bahkan sampai menyenggol hati2 yg lain di sekitar kita. Mending kalo cuma nyenggol kalo sampai nabrak trus patah segala gimana coba?
Siapapun ingin memuliakan hatinya masing2 dan pastinya ingin melindungi hatinya dari kerusakan2 kecil apalagi besar. Mulai dari luka yg kecil hingga patahnya.. semua sama2 menyakitkan. Tak jarang pula sampai ada kata traumatis segala.
Lantas, pernahkah kita tanya pada hati kita masing2.. sesungguhnya hati kita ini ingin dimuliakan dg cara yg mana? Apakah dg menjadikannya puas dg nafsu2 belaka? Jadi retoris kan?
Mungkin hati kita rindu pada jiwa2 yg bisa mendamaikannya.. dg lisan Qur’ani, orientasi Rabbani.. atau mungkin hati kita rindu diimbangi dg fikriyah yg hebat.. mungkin pula hati kita terlalu sibuk diajak ‘marathon’ oleh si empunya hati dalam rangka mengejar wanita, harta, tahta. (duh, gusti.. mg2 ga da yg sakit ati). Imbasnya, jelas kemampuan hati kita dalam merasakan jadi jauh berkurang. Harusnya senang melihat kebahagiaan org lain, ini malah dengki. Harusnya bersyukur masih diperhatikanNYA dg ujian, ini malah merutuk. Harusnya begini, ternyata malah begitu..
Hati yg membuat kita menjadi memesona dan hati pulalah yg membuat kita menjadi terhinakan. Tatkala hati telah menjadi raja dan dimuliakan dg cara2 yg tdk sepantasnya maka ia ibarat raja yg lalim. Dan raga yg dipimpinnya seperti rakyat dungu yg hanya menurut tanpa kehendak. Dan sebaliknya.. jika kita memuliakan hati kita dg cara2 yg lebih beretika (utk hati kita) insyaALLAH pancarannya akan terasa layaknya atsar ibadah kita dalam keseharian kita.. ALLAHU’alam bishowab
Sebetulnya, kita bisa mendesain perasaan kita sebelum kita mendzohirkannya dalam produk mood. Laksana mengadakan suatu kegiatan yg sudah dischedulle dalam bentuk proposal kegiatan, kita pun bisa membuat desain perasaan kita untuk satu hari mendatang, seminggu, sebulan, atau setahun mendatang. Bahkan seumur hidup kita pun bisa. Caranya cuma satu, membuat hati kita bermain cantik dg aturan2 yg sudah ada dalam perikehidupan ini utk kemudian menskenarionya dg detail. Perhatikan letak2 di mana ia akan patah ataupun berbunga2.. meskipun tak satupun dari kita mampu memperkirakan letaknya dg pasti, namun ALLAH sdh memberi banyak clue dalam surat cintaNYA. Antisipasi buat hati pun bisa dipersiapkan sejak dini. Memang semuanya sudah skenario ALLAH dan itu ketentuan yg baku. Cuma masih ada yg tdk baku.. yakni fit back dari hati kita.
Buat sebagian org yg tampak emosional (mgkn juga saya), hati yg ibarat raja ini dimuliakan dg memberi segala apa yg hatinya mau sampai puas. Dipenuhi sgala hajatnya dg cara yg variatif. Ada yg mulus alias datar2 aja atau bahkan sampai menyenggol hati2 yg lain di sekitar kita. Mending kalo cuma nyenggol kalo sampai nabrak trus patah segala gimana coba?
Siapapun ingin memuliakan hatinya masing2 dan pastinya ingin melindungi hatinya dari kerusakan2 kecil apalagi besar. Mulai dari luka yg kecil hingga patahnya.. semua sama2 menyakitkan. Tak jarang pula sampai ada kata traumatis segala.
Lantas, pernahkah kita tanya pada hati kita masing2.. sesungguhnya hati kita ini ingin dimuliakan dg cara yg mana? Apakah dg menjadikannya puas dg nafsu2 belaka? Jadi retoris kan?
Mungkin hati kita rindu pada jiwa2 yg bisa mendamaikannya.. dg lisan Qur’ani, orientasi Rabbani.. atau mungkin hati kita rindu diimbangi dg fikriyah yg hebat.. mungkin pula hati kita terlalu sibuk diajak ‘marathon’ oleh si empunya hati dalam rangka mengejar wanita, harta, tahta. (duh, gusti.. mg2 ga da yg sakit ati). Imbasnya, jelas kemampuan hati kita dalam merasakan jadi jauh berkurang. Harusnya senang melihat kebahagiaan org lain, ini malah dengki. Harusnya bersyukur masih diperhatikanNYA dg ujian, ini malah merutuk. Harusnya begini, ternyata malah begitu..
Hati yg membuat kita menjadi memesona dan hati pulalah yg membuat kita menjadi terhinakan. Tatkala hati telah menjadi raja dan dimuliakan dg cara2 yg tdk sepantasnya maka ia ibarat raja yg lalim. Dan raga yg dipimpinnya seperti rakyat dungu yg hanya menurut tanpa kehendak. Dan sebaliknya.. jika kita memuliakan hati kita dg cara2 yg lebih beretika (utk hati kita) insyaALLAH pancarannya akan terasa layaknya atsar ibadah kita dalam keseharian kita.. ALLAHU’alam bishowab
No comments:
Post a Comment