Sunday, July 19, 2009

Mari berdamai dengan Hati Kita Saat Patah Hati

Lagi-lagi masalah hati lagi... Jujur, Saya juga bosan memakai (lagi2) tema tentang hati. Tapi, Saya ingin menepati janji pada seorang sahabat lama dg menulis tentang ini... (ehm, dah ada yg mau request tema ni..)

Seringkali kita merasa bahwa kita adalah objek penderita yg paling sengsara di dunia saat hati kita terluka. Rasanya semua ingin kita enyahkan dari hadapan kita. mood menjdi hancur berhari-hari.. kerjaan berantakan.. interaksi dg sesama pun terkesan semrawut begitu saja. Padahal sakit atau tidaknya hati kita sedikit banyak bergantung pada persepsi kita saat mengenali hati kita sendiri. Masalahnya sekarang adalah, banyak orang dewasa yg ternyata belum mengenali hatinya 100% sehingga formulasi hatinya saat kacau balau pun menjadi kurang tepat.

Berbicara masalah patah hati memang tidak ada ujungnya. kalau tidak mengiba ya mengumpat. hanya itu yg bisa dilakukan oleh org2 yg sedang patah hati. apalagi ketika hati kita sudah berkonsensus utk mncintai seseorg dan org yg kita cinta itu tiba2 lenyap tanpa jejak, rasanya pasti luar biasa sakit (agak sotoy ni..). Dan itu pulalah yg saat ini harus disiapkan.

Saat kita sudah menyatakan diri siap utk mencintai seseorg (dg ataupun tanpa komitmen), secara otomatis kita pun sudah siap menerima resiko utk siap pula pd kekecewaan yg mengikutinya. Krna mencintai manusia yg tak sempurna dg cinta kita yang jg tak sempurna hanyalah berujung pada kekecewaan. Jujur, marilah kita tanyakn diri kita masing2, sesungguhnya apa yg bisa diharapkan dari mencintai seorang anak manusia tanpa kerangka cinta yg jelas? tidak ada bukan? Seandainya anda menjawab ada pun itu hanya sebatas euforia dan lips service belaka.

Hanya ada satu kerangka untuk melegalkan ketidaksempurnaan cinta manusia, yakni dengan membalutnya bersama kesempurnaan cintaNYA. dan cintaNya akan bisa hadir jika Ia ridho terhadap ketidaksempurnaan cinta manusia itu (duh..knapa kalimatnya jadi ribet begini?). Saya yakin teman2 juga faham apa yang Saya maksudkan. Cuma terkadang kita selalu menghindar dari tema itu dg alasan yg seolah-olah didominasi oleh kecemasan kita sendiri. Cemas mental, cemas finansial, dan cemas2 yg lainnya.

Kembali lagi pada patah hati...
Manusia dewasa yg mengenal TuhanNYa akan selalu mempunyai cara tersendiri dalam menata hatinya. saat sedang bahagia ataupun patah. sedang kuat ataupun lemah.. semua punya pasti ada formulanya. Ditinggalkan orang terkasih tanpa pesan (haduh, dah mulai berat nih bahasanya) memang sangat mempengaruhi keseharian dan kebiasaan kita. Tapi, mungkin akan lebih indah jika keterjauhan kita dari org yg terkasih itu justru dapat memiliki andil dalam mendekatkan kita kepada Yang Maha Kasih. Karena, saat kita mendeklarasikan diri bahwa kita mengasihi seseorg, (menurut saya) itu lebih kpd justifikasi pribadi kita terhadap hati kita sendiri. Padahal, bukankah lebih indah jika Allahlah yg menjustifikasi hati kita untuk mengasihi org yg Ia pilihkan utk kita daripada mencari sendiri? (knpa jadi muter2 gini kata2nya..:-?)

Percayalah sobat (esp 4 someone), saat Allah mengambilnya dari sisimu, Allah telah mempersiapkan pengganti yg jauh lebih layak utkmu. Apalagi jika semua sudah kau maksudkan untuk menyempurnakan setengah dienmu... Ia hanya sedang menguji kesiapanmu utk itu. selesai ujian yg satu akan datang ujian yg lain lagi sampai pada akhirnya kau menyandang gelar kepantasan utk menikah. Allahu'alam bishowab

dan semua kan menjadi indah pada waktunya... janjiNya tidak pernah salah, camkan itu...:)


(sempet nulis lagi akhirnya,,prajab bener2 mematikan potensi. gara2 nulis resume mulu jadi ga pernah nulis yg beginian deh..)

No comments:

Post a Comment