saat hijrah pertama kali,
mungkin akulah yg dengan bangga mengatasnamakan diri sebagai pejuang paling loyal di jalan ini
pejuang paling berani mati demi kemuliaan syahid yang dahulu masih jadi slogan hidup abadi
semua menjadi saksi saat aku paling awal hadir dalam setiap syuro pagi
setelah semalaman khusyu' isi ruh dengan suplemen hati
banyak hal yg telah kutinggalkan demi sebuah arti dari kata perjuangan hakiki
kuliah menjadi nomor sekian maisyah pun hanya menjadi selingan tak berarti
semua urusan seolah pupus demi tercapai target jama'i
namun, keikhlasan telah terlanjur menyesaki relung-relung di hati ini
sehingga apapun dilakukan apapun dikorbankan demi sentuh ridho ILLahi
sungguh, itu pun yang sedang kurindukan untuk hadir kembali
saat lisan qur'ani mencercah sendu pada sepertiga malamNYA nan sunyi
saat airmata tak terbendung menangisi kekhilafan diri
saat penyesalan atas kealpaan yg diperbuat belum mau berhenti
juga saat kutahu bahwa hati ini belumlah mati
dan yang terpenting... saat kuyakin bahwa hatiku masih mencintaiNYA tanpa terbagi...
RABBIII...
ada apa dg hati ini?
apakah memang ia sedang mati suri dan sengaja menunggu pemiliknya terbangun untuk bangkit lagi?
mungkinkah ia telah jatuh ke dalam pelukan dunia nan keji?
mengapa sampai luluh pudar hancur terbagi-bagi?
semua cintaku untukMU tak lagi murni..
kini..
cintaku sepertiga untukMU.. sepertiga untuk hartaku.. sepertiga sisanya untuk cintaku yg lain lagi..
bisakah KAU menerima pengkhianatanku ini RABBI?
bukannya aku tak sadar bahwa aku sudah menyalahi
tapi sungguh, aku dibuat larut dalam keindahan yg kuselami
entah jenis syaitan macam apa yg kuasai hati ini
yang kemudian memaksaku untuk mencintai apa seharusnya tidak kucintai
dan hatiku pun bimbang seperti hilanglah semua solusi..
dan ketakutanku pun menanti..
saat KAU minta pertanggungawbanku di suatu hari
aku tak bisa laporkan diri dengan rapor yang membanggakan hati
statusku sebagai aktivis dakwah seolah telah mati
terlindas nafsu durjana yg mematikan hati
sempurna sudah aku jatuh dan gugur di jalan ini
bukan sebagai syahid atau mujahid yg jasadnya harum mewangi
namun cukup hanyalah aku sebagai pecundang sejati...
sepertinya kumemang telah jauh dan kehilangan jati diri..
smoga masih ada waktu untuk kukembali..
(biasa nulis essai sekalinya nulis sajak kok aneh ya rasanya...?? mdh2an maxutnya tetap tsampaikan)
esp 4 someone in somewhere... bangkitlah segera dari nikmat kekhilafanmu...
No comments:
Post a Comment