Kadang, untuk mencerna bahasa cintaNya kita butuh terlalu banyak ruang untuk merenung dan sendiri
Tak jarang pula harus berpayah-payah dahulu hanya untuk membalik persepsi kita bahwa Dia sedang menyampaikan cintaNya yang luar biasa. Karena seringnya kita malah mengecilkan hati dan menganggapnya sebagai suatu bentuk kecuranganNya. Atau mungkin juga kita membuat itu sebagai hukuman dan konsekuensi atas kesalahan-kesalahan kita di masa lalu.
Sebetulnya tidak akan ada justifikasi benar-salah dalam perkara ini, karena persepsi adalah buatan akal manusia. Dan persepsi bukanlah suatu harga mati atas sebuah kenyataan yang ada. Itulah sebabnya mengapa persepsi setiap orang bisa berbeda-beda. Semua tergantung dari sisi mana kita melihat dan memperkarakannya. Ada yang terlalu ambil pusing dan melihat semuanya buntu, namun tak jarang pula yang melihatnya sebagai suatu hal yang sepele bahkan mengabaikannya. Kembali lagi pada persepsi tadi, seringkali kita menemukan siapa diri kita yang sebenarnya justru dari cara kita mempersepsikan sesuatu hal.
Apapun yang Allah kirimkan kepada kita sejatinya adalah apa yang kita butuhkan. Meski teorinya saja yang kelihatannya mudah, prakteknya... Masya Allah, tidak akan semudah ini!
Saat Allah mengantarkan sesuatu hal pada kita yang dapat membuat kita terluka, Allah tahu bahwa kita butuh menangis pada saat itu. Minimal untuk melembutkan hati kita, atau justru ingin membantu kita menjadi hamba yang senantiasa merajuk padaNya (karena biasanya manusia akan merajuk dan berdoa dengan sungguh-sungguh dengan penghambaannya pada saat terluka). Sunatullah, keterbutuhan kita akan Dia seringkali terasa pada saat kehancuran dan kesakitan. Meski apa yang dirasa begitu pahit, namun keintiman denganNya saat mengadukan segala keluh kesah kita dapat memaniskan lara kita..hingga tidak ada jalan lain kecuali berdamai dengan takdir itu sendiri
Sudah waktunya kita menyadari bahwa di antara kepahitan yang bersemayam di jiwa-jiwa kita, masih banyak rangkaian kebahagiaan yang akan menyapa kita setelah ini. Dan semua ini adalah skenarioNya yang akan memoles kita menjadi makhluk-makhluk berkualitas yang akan Dia banggakan kepada malaikat-malaikatNya kelak. Jika sakit yang (mungkin) sedang dirasakan justru akan berakhir dengan kemuliaan, mengapa tidak kita lalui saja dengan segera dan bergegas menyongsong kebahagiaan itu?
Takdirnya memang selalu menjadi misteri yang pasti akan kita jelang
Takdirnya selalu sakit pada waktunya dan indah pada masanya
Takdirnya yang dapat memotivasi kita menjadi manusia yang lebih buruk atau lebih baik
Takdirnya yang selalu luar biasa dan mengejutkan
Dan semoga persepsi kita akan takdirNya tetap menjadi suatu hal yang positif..karena kita tidak bisa mengubahnya menjadi seperti apa yang kita ingini...
Allahu'alam bishowab.
Tak jarang pula harus berpayah-payah dahulu hanya untuk membalik persepsi kita bahwa Dia sedang menyampaikan cintaNya yang luar biasa. Karena seringnya kita malah mengecilkan hati dan menganggapnya sebagai suatu bentuk kecuranganNya. Atau mungkin juga kita membuat itu sebagai hukuman dan konsekuensi atas kesalahan-kesalahan kita di masa lalu.
Sebetulnya tidak akan ada justifikasi benar-salah dalam perkara ini, karena persepsi adalah buatan akal manusia. Dan persepsi bukanlah suatu harga mati atas sebuah kenyataan yang ada. Itulah sebabnya mengapa persepsi setiap orang bisa berbeda-beda. Semua tergantung dari sisi mana kita melihat dan memperkarakannya. Ada yang terlalu ambil pusing dan melihat semuanya buntu, namun tak jarang pula yang melihatnya sebagai suatu hal yang sepele bahkan mengabaikannya. Kembali lagi pada persepsi tadi, seringkali kita menemukan siapa diri kita yang sebenarnya justru dari cara kita mempersepsikan sesuatu hal.
Apapun yang Allah kirimkan kepada kita sejatinya adalah apa yang kita butuhkan. Meski teorinya saja yang kelihatannya mudah, prakteknya... Masya Allah, tidak akan semudah ini!
Saat Allah mengantarkan sesuatu hal pada kita yang dapat membuat kita terluka, Allah tahu bahwa kita butuh menangis pada saat itu. Minimal untuk melembutkan hati kita, atau justru ingin membantu kita menjadi hamba yang senantiasa merajuk padaNya (karena biasanya manusia akan merajuk dan berdoa dengan sungguh-sungguh dengan penghambaannya pada saat terluka). Sunatullah, keterbutuhan kita akan Dia seringkali terasa pada saat kehancuran dan kesakitan. Meski apa yang dirasa begitu pahit, namun keintiman denganNya saat mengadukan segala keluh kesah kita dapat memaniskan lara kita..hingga tidak ada jalan lain kecuali berdamai dengan takdir itu sendiri
Sudah waktunya kita menyadari bahwa di antara kepahitan yang bersemayam di jiwa-jiwa kita, masih banyak rangkaian kebahagiaan yang akan menyapa kita setelah ini. Dan semua ini adalah skenarioNya yang akan memoles kita menjadi makhluk-makhluk berkualitas yang akan Dia banggakan kepada malaikat-malaikatNya kelak. Jika sakit yang (mungkin) sedang dirasakan justru akan berakhir dengan kemuliaan, mengapa tidak kita lalui saja dengan segera dan bergegas menyongsong kebahagiaan itu?
Takdirnya memang selalu menjadi misteri yang pasti akan kita jelang
Takdirnya selalu sakit pada waktunya dan indah pada masanya
Takdirnya yang dapat memotivasi kita menjadi manusia yang lebih buruk atau lebih baik
Takdirnya yang selalu luar biasa dan mengejutkan
Dan semoga persepsi kita akan takdirNya tetap menjadi suatu hal yang positif..karena kita tidak bisa mengubahnya menjadi seperti apa yang kita ingini...
Allahu'alam bishowab.
No comments:
Post a Comment