Friday, April 9, 2010

Menangislah... Dan Kau Akan Berbahagia

Untuk hati-hati yang merindukan damai dan tenang meliputinya, janganlah pernah merasa rendah atau buruk dengan aktifitas menangis kita. Menangis adalah nikmatNya yang luar biasa.


Masih ingatkah kapan terakhir kali kita menangis? Entah itu menangis bahagia, menangis pedih, atau bahkan menangis tanpa sebab seperti  yang sering dilakukan oleh kaum hawa. Ya.... karena buat perempuan, tak butuh terlalu banyak alasan untuk menangis. Tak perlu harus disakiti seperih-perihnya hanya untuk membuat kami menangis. Buat kami, menangis adalah suatu aktivitas batin yang tanda-tandanya dapat teridentifikasi oleh pihak eksternal.

Adakalanya kita menjumpai suatu masalah pelik yang (mungkin) menurut akal dan logika kita sudah sangat mustahil untuk dicari solusi dan diselesaikan dengan pemikiran manusia pada umumnya. Apakah yang dapat dilakukan lagi selain menangis dan menangis sembari berikhtiar tanpa putus mengharap Dia akan menyelesaikan dengan caraNya yang super dan Maha Dahsyat? Mungkin memang menangis itu bukan solusi akhir atas sebuah permasalahan. Tapi yang harus disadari di sini bahwa menangis adalah solusi konkret untuk mencari sedikit ketenangan dalam batin-batin penderita.

Berterimakasihlah pada Tuhan manakala kita masih dianugerahinya kemampuan yang cukup baik dalam menangis. Dengan menangis, jantung dan organ dalam kita yang lainnya masih terjaga dari penyakit-penyakit mematikan. Dengan menangis, tubuh kita menjadi lebih rileks dalam merespon ketidakberesan yang sesekali menjegal langkah kita untuk maju. Menangis itu adalah fitroh kita sebagai makhlukNya dengan kuasa yang sangat sedikit ini. Menangis bukanlah suatu hal yang memalukan jika tidak dilakukan dengan cara-cara yang memalukan.

Berbicara tentang kemampuan menangis, sebetulnya Saya pernah merasakan sangat tersiksanya menderita kelainan "tidak bisa menangis" selama beberapa tahun. Dan di situ Saya merasakan efek langsung yang sangat buruk pada kesehatan. Bayangkan saja, antara kepala dan hati seolah-olah putus hubungan dan menjadi tidak sinkron antara satu dengan yang lainnya. Manakala kepala sudah sangat penuh dan berjejal dengan segala muatannya, hati masih belum bisa mengakomodir untuk meluapkannya dalam bentuk aliran emosi (menangis). Toh pada akhirnya itu jusru berefek pada kondisi fisik yang memburuk. Dan bodohnya Saya baru sadar itu setelah hampir empat tahun. Dan selama itu pula Saya tidak pernah menangis!

Memang setelah itu Saya menyadari bahwa menangis pun butuh keterampilan khusus. Kita harus pandai memanage bagaimana agar proses menangis itu bermanfaat untuk diri kita dan tidak tercermin sebagai suatu hal yang memalukan. Ya... semua memang butuh proses karena hidup kita pun idealnya adalah rangkaian proses menuju manusia yang lebih dan lebih baik  lagi. So, jangan lelah untuk berproses, termasuk dalam urusan menangis.

Demikianlah perempuan. Perempuan adalah perempuan saat ia telah mampu menangis dengan benar dan pada tempatnya. Allahu'alam bishowab.

No comments:

Post a Comment