Hidup ini bukanlah suatu rekayasa manusia yang dengan mudahnya kita dapat menentukan hasil akhir atas apa yang telah kita awali dengan suatu keyakinan. Hidup pun bukanlah suatu kebetulan-kebetulan yang dengan mudahnya dapat diterka dan dikira-kira hasil akhirnya. Hidup adalah suatu proses pembelajaran yang panjang dan baru akan putus saat seorang manusia sudah tidak hidup lagi. Oleh karenanya, tidak ada jalan lain kecuali menghidupkan hidup dengan rangkaian prestasi dunia dan akhirat demi mencapai kualitas super seorang anak manusia.
Tidak perlu menyalahkan keterbatasan yang kita miliki sebagai penghalang langkah maju kita. Bukan berarti seorang yang tidak dibekali apapun tidak mampu meraih apapun bukan? Mengapa kita tidak belajar dari beragam kenyataan yang ada bahwa sesungguhnya keterbatasan yang kita miliki dapat menjadi pemompa motivasi untuk berubah? Bukan kemudian larut dalam ketidakberdayaan dan tunduk pada kenyataan yang seolah meyakinkan bahwa memang kita tidak mampu berbuat lebih dari apa yang seharusnya menjadi cita-cita kita.
Banyak makna tersembunyi dari kata belajar itu sendiri. Dari tidak mampu menjadi mampu ataupun dari tidak bisa menjadi bisa, semua termasuk dalam kategori belajar. Semua tentunya berawal dari keyakinan bahwa memang pada akhirnya kita mampu menaklukan segala keterbatasan kita. Bukankah saat terlahir ke dunia ini kita pun diliputi berbagai keterbatasan? Jangankan untuk berlari atau berjalan. Berbicara saja kita tidak bisa. Tapi ikhtiar dari kita dan orang-orang terdekat kita telah membuat kita belajar secara perlahan untuk menjadi pandai berbicara, berjalan, berlari, dan sebagainya. Lihatlah semua masa lalu kita. Untuk mengenal angka hingga menjadi seorang ahli hitung pun tidak terjadi dalam sekejap saja. Semua membutuhkan proses belajar yang tanpa henti.
Terjatuh berkali-kali adalah hal wajar dalam sebuah proses belajar berlari. Demikian juga halnya kita. Mungkin kita bisa mengenang masa kecil kita yang pantang menyerah ketika harus berkali-kali terjatuh dari sepeda kecil kita hanya untuk bisa mengitari komplek perumahan bersama teman-teman sebaya kita. Berkali pun kita menangis, tidak memberi efek jera yang signifikan. Semua karena motivasi kita untuk mampu dan bisa bersepeda melebihi dari rasa takut kita untuk jatuh dan terluka.
Teman, bukankah sekarang masing-masing dari kita sudah dewasa? Bukanlah saatnya untuk takut menghadapi kenyataan apa yang akan menyapa kita pada akhirnya nanti. Kita adalah manusia-manusia unggul dengan cita-cita besar. Ingat itu. Manakala kita harus jatuh, terluka, bahkan patah dalam perjalanan mencapai impian dan cita-cita itu adalah rangkaian proses yang harus kita jalani untuk mencapai kemenangan nanti. Karena seorang juara, tidak akan mudah memenangkan pertarungan. Dan akan banyak rintangan yang akan membuat senyum kemenangannya menjadi sangat manis pada saatnya nanti.
No comments:
Post a Comment