Thursday, October 8, 2009

dan Menikahlah...



"Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi."
(HR. Thabrani dan Hakim)


Siapapun tahu hadits di atas, bahkan mungkin sudah hafal di luar kepala. Oleh karenanya, Saya menggunakan hadits tersebut untuk membuka tulisan ini dengan topik yang mungkin sudah sangat familiar dengan keseharian kita, menikah.

Sebelumnya, di sini Saya sama sekali tidak bermaksud menggurui siapapun. Saya hanya ingin memotivasi antum/ antunna sekalian dan (tentunya) juga Saya pribadi untuk tidak menunda-nunda dalam urusan menikah. Karena terbukti, menundanya jika memang sudah ada kesiapan untuk mengarah ke sana akan menyebabkan dosa-dosa dan fitnah yang luar biasa. Setidaknya itu beberapa fenomena yang Saya temui.

Saya pun menulis ini mungkin juga karna tiba-tiba mendapat inspirasi tambahan dari orang-orang terdekat Saya (teman) yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Mudah-mudahan tulisan ini bisa mengena.. meski sedikit.

Sebetulnya teman-teman selain yang akan melangsungkan pernikahan itu pun (menurut Saya pribadi) banyak yang juga sudah siap untuk menikah. Hanya saja mungkin memang belum siap (katanya sih gitu) saja untuk melampaui proses sakral itu. Mengikat janji dalam mitsaqon gholidzha... berat juga memang kalo dipikir. Di mana 'orang asing' yang baru kita kenal akan masuk ke dalam hidup kita melalui sebuah proses yang relatif singkat. Memang kalau dipikir terus, semakin mengerikan. Apalagi kisah KDRT yang juga tidak sedikit. Perselingkuhan pun menjadi suatu hal wajar di masa sekarang. Bisa jadi itu bisa menjadi trauma tersendiri bagi sejumlah orang.

Beberapa kali Saya mengikuti bahkan menyaksikan kisah perselingkuhan yang (entah mengapa) selalu Saya saksikan sendiri cukup membuat Saya miris. Mulai dari cerita seorang teman dekat yang (ternyata) istri simpanan dari seorang pengusaha yang telah menikahinya secara sirri beberapa tahun lalu hingga perceraian seorang kenalan yang juga berpangkal pada proses perselingkuhan yang sungguh sangat dramatis.. (what? dramatis??) sehingga cukup membuatku merasa 'ngeri' untuk memulai menulis dengan topik ini.

Mungkin hal inilah yang membuat seorang temanku enggan untuk menyegerakan menikah. Traumatis dari kisah-kisah orang terdekat yang mengalami kegagalan dalam kehidupan pernikahannya. Padahal dilihat dari sisi usia beliau.... ya cukup matanglah untuk menikah. Namun, ketakutannya yang begitu besar akan kegagalan pernikahan justru sudah menjustifikasi keputusannya untuk tetap berada di dalam keragu-raguan daripada memilih untuk menyegerakan menikah. Saya pun sampai kehabisan kata-kata untuk meyakinkan bahwa takdir manusia itu tidak selalu sama. Dan tentunya ujian seseorang pun berbeda-beda. Betapapun sakitnya perceraian itu dialami oleh sepasang suami istri melainkan mereka sanggup untuk menerimanya. Tidak hanya mereka tentunya, tapi juga anak-anak korban perceraian itu yang pasti mau tidak mau harus kuat menerima justifikasi hidup selanjutnya, pasca perceraian kedua orang tuanya.

Semasa awal kuliah dulu, beberapa teman sudah menawarkan referensi buku-buku apa saja yang harus Saya baca. Dan kesemuanya tentang pernikahan. Awalnya saya 'dicekoki' novel-novel yang cukup membuat imajinasi Saya terbayang-bayang pada sesosok istri sholihah dengan kriteria-kriteria sesuai Si Tokoh utama dalam novel tersebut. Selanjutnya Saya pun mulai dihadiahi buku-buku (yang sekarang entah kemana) dengan tema yang lebih berat. Jadi kalau Saya pikirkan kembali, ternyata memang ada silabusnya dalam mengajarkan seseorang ilmu ini. Memang harus demikian. Karna ketika kita membicarakan topik yang cukup sensitif ini dengan orang yang memang belum siap, hanya akan membuat hati kotor dan imajinasi termanjakan. Gawat jadinya..

So, memang sesuatu yang baik dan mulia (dalam hal ini pernikahan) harus diawali dengan niat dan tujuan yang baik. Caranya pun harus baik. Baiknya menurut baiknya Allah Swt, bukan baiknya manusia. Setelah semua proses dilalui dengan baik, maka selanjutnya.. kembali padaNya. Menikah itu mudah bukan?
Maka... apa lagi yang kau tunggu Saudaraku?
Menikahlah.. dan Menikahlah ^^v

(esp 4 someone, Aku sangat menantikan undangan darimu mba!)

3 comments:

  1. beuh..temanya

    kami siap menerima undangan

    by genk divkom

    ReplyDelete
  2. ya ampun don! biasa kali cuma nulis doang kok. biasanya donny yg memulai tema tentang ini. sekarang gantian..^^v

    ReplyDelete