Sunday, October 11, 2009

G A G A L.....


Judul besar di atas bukanlah suatu kata tepat untuk menggambarkan kondisi manusia masa sekarang. Siapa sih yang bersedia untuk gagal di era serba berhasil seperti sekarang? Ada? Mungkin jika memang ada, dia pun sedang bersiap mengasah pisau cutternya untuk mengiris nadinya di waktu selanjutnya.


Untuk menghindari gagal ada banyak cara yang bisa ditempuh. Positif atau negatif caranya, keduanya tetap membutuhkan effort dalam proses pencapaiannya. Jadi memang semua harus ada proses untuk menghindari kegagalan. Mulai dari belajar semalam suntuk atau justru malah melobi pejabat yang dikenal untuk kemudian bisa masuk dan bekerja di suatu instansi. Atau sistem kebut semalam mempersiapkan kepe'an (baca: contekan) demi ujian akhir pada beberapa mata kuliah rumit yang sama sekali tidak bisa difahami.. semua butuh proses dan proses sendiri membutuhkan kesediaan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan sebagainya. Karena memang untuk tidak menemui kegagalan, kita harus rela mengorbankan apa yang dapat kita korbankan. Paling tidak itu demi diri kita sendiri.

Tidak ada satupun manusia yang terlahir ke bumi menginginkan suatu kegagalan terjadi dalam hidupnya. Namun seringkali tanpa kita sadari justru kita telah mendesain hidup kita untuk gagal dan gagal lagi. Tak ada sesuatu yang mustahil kita raih, melainkan kita tidak mau meraihnya. Ingatlah saudaraku, Allahu ma'ana.. Allahu ma'antum.. dan ada doa yang menjadi media komunikasi unggulan kita denganNya. Namun seringkali kita (termasuk Saya) mendiskreditkan kehadiranNya dengan melisankan ucapan2 putus asa yang dapat melemahkan iman kita dengan kata 'tidak bisa' atau 'percuma'. Dan akhirnya persepsi kita dengan prematur kegagalan seperti itu yang akan menjadikan kita putus asa.

Kegagalan, apapun alasannya tetaplah merupakan suatu hal yang amat menyakitkan. Betapa tidak, kita dihadapkan pada suatu kenyataan yang sama sekali jauh dari apa yang kita inginkan dan cita-citakan. Sementara, di sekitar kita ada orang lain yang mampu lebih bersinar setelah mencapai apa yang mereka cita-citakan. Kegagalan dalam akademik, prestasi kerja, pernikahan, ataupun kegagalan dalam pencapaian hal-hal lain dalam hidup ini adalah momok terbesar bagi sebagian besar orang. Karena mereka menjadikan ini momok, maka seringnya jadi menghalalkan segala cara untuk berhasil mencapai tujuan dan menghindari kegagalan. Lantas bagaimanakah dengan kita?

Setiap orang idealnya pernah mengalami kegagalan pun seperti halnya Saya. Kegagalan pada awalnya mungkin membuat kita jatuh dan pada beberapa kasus dapat mengakibatkan cacat yang berkepanjangan. Penyikapan yang direspon oleh masing-masing dari kita pun berbeda-beda tergantung pada kadar kesiapan mental kita dalam memproyeksi kemungkinan terburuk dari apa yang kita rencanakan. Ada yang standar-standar saja hanya berujar "yah...." dengan nada kecewa sampai aksi nekat bunuh diri yang di waktu selanjutnya ramai menjadi topik pada headline beberapa surat kabar lokal. Selain itu penyikapan kita terhadap kegagalan yang menimpa, utamanya bergantung pada seberapa besar keyakinan kita pada ketetapanNya. Bukankah kita semua tahu bahwa apa yang seharusnya Allah gariskan menjadi bagian kita dalam kenyataannya pasti akan menjadi bagian kita juga dan sebaliknya?


Persiapan dalam hidup memang harus matang. Doa pun harus kerap dipanjatkan. Syukur jangan hilang ditelan kenikmatan. Semua saling bersinergi untuk menjadikan kita sebagai manusia kuat yang tak mudah goyah ditebas badai apapun itu. Seberapa besar masalah yang kita hadapi pada intinya adalah untuk mengembalikan diri kita pada fitrah kita sebagai hambaNya yang dho'if. Seberapa rumitnya persoalan hidup yang kita temui adalah rangkaian puzzleNya dalam meningkatkan derajat taqwa kita. Karna Ia selalu memberi apa yang kita butuhkan... dan hanya Ia yang selalu ada dalam segala takdir yang sedang ramah menyapa hidup kita, susah maupun senang. pahit ataupun manis. Karna Ia memang ingin mengajarkan kepada manusia tentang arti sebuah keberhasilan yang (bisa jadi) bermula dari sebuah kata menyakitkan : GAGAL
Allahu'alam bishowab.

No comments:

Post a Comment