Pada awalnya Saya cukup heran dengan hasil personality test Saya yang mengatakan bahwa karakter seperti Saya di dunia ini hanya ada sekitar 3% dan hampir 3/4 manusia pemilik karakter seperti itu laki-laki. Personality test itu cukup valid dan diakui sehingga Saya pun dapat mempercayai hasilnya. Dan ketika Saya memahami analisa atas hasil personality test Saya pun menemukan banyak kesamaan antara analisa mereka dengan keseharian Saya. Jadi, ya.... memang seperti itulah personality Saya sesungguhnya.
Seperti apapun kepribadian seorang anak manusia tetap saja mengandung 2 unsur inti yang selalu ada didalamnya, yakni unsur lebih dan kurang. Kedua unsur inilah yang lantas membuat manusia menjadi lengkap dalam penciptaannya. Dan kedua faktor inilah pula yang secara konkret mencerminkan manusia sebagai makhluk sosial yang (idealnya) harus saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya.
Banyak orang yang merasa minder dan 'tak layak' hanya karna belum menemukan 'harga' yang pas untuk menakar dirinya sendiri di hadapan orang lain. Padahal, seperti telah Saya sampaikan sebelumnya bahwa ada unsur 'lebih' dan'kurang' yang bersinergi dalam pribadi kita. Sebagai orang dewasa, sudah sepatutnya kita bisa menempatkan takaran yang sesuai untuk 'lebih' dan 'kurang ' tersebut. Tidak terlalu menjunjung tinggi, namun tidak pula merendahkan martabat diri dengan menempatkan nilai yang terlalu rendah di hadapan orang lain.
Setiap dari kita berharga, minimal untuk diri kita sendiri. Seberapa besar cinta kita untuk diri sendiri berbanding lurus dengan perlakuan kita pada diri sendiri. Dan tanpa dapat dipungkiri lagi bahwa semua berkaitan dengan latar belakang hidup seeorang. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh cinta tentu akan memiliki penilaian berbeda terhadap dirinya jika dibandingkan dengan manusia yang dibesarkan tidak dalam lingkungan yang harmonis. Kecenderungan-kecenderungan semacam ini memang tidak dapat dinafikkan lagi. Namun, satu yang pasti... apapun yang telah terjadi di masa lalu kita (selama itu bukan kejahatan), sama sekali tidak akan mengurangi nilai diri kita sebagai manusia. Namun, acapkali ini yang sering dilupakan. Banyak orang menganggap nilai diri seseorang itu tidak berdiri sendiri, melainkan masih bergantung pada aspek-aspek eksternal lain yang melingkupi hidup seseorang, antara lain: keluarga, kekayaan, kedudukan, paras fisik, dan sebagainya. Sebetulnya itu tidak salah, namun ketiadaan aspek-aspek tersebut pun tidak dapat dikatakan akan mengurangi nilai diri seseorang. Setidaknya begitulah opini Saya.
Tak ada yang memaksa kita untuk berfikir negatif selain persepsi buruk kita sendiri terhadap sesuatu. Karna di dunia ini tak ada sesuatu yang benar-benar buruk kecuali pada hal-hal yang telah ditetapkanNya sebagai sesuatu yang buruk, selebihnya tidak ada. Semakin banyak kita menganggap hal-hal baik itu buruk, maka tanpa sadar kita sedang membangun tembok besar yang dapat membatasi kita dari kebaikan yang lebih banyak lagi.
Sekali lagi, Saya sampaikan bahwa kitalah yang paling memahami diri kita (nomor 2 setelah Allah Swt). Dan kitalah yang idealnya mampu memasang 'harga' untuk diri kita di hadapan orang lain. Tidak untuk menjadi yang rendah ataupun terlampau tinggi. Tapi untuk menjadi seorang manusia berkualitas yang mampu menghargai dirinya sendiri atas segala nilai 'lebih' dan 'kurang' yang melingkupi dirinya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteya... ada yg komen pk accountku yaaa.....
ReplyDeletesiapa nih tersangkanya (sapa ya yg tau passwordku selain..'dia'..?)
harga yg dtakar masing2 orang beda2 lo.... tp jgn merendahkan yg lain ya....
ReplyDelete